pemkab muba pemkab muba
Kesehatan

Pembakaran Sampah Memperburuk Kualitas Udara di Langit Sumsel, Alternatif Pengolahan Sampah Tanpa Pembakaran

246
×

Pembakaran Sampah Memperburuk Kualitas Udara di Langit Sumsel, Alternatif Pengolahan Sampah Tanpa Pembakaran

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi : Petugas jalan tol Indralaya-Palembang mengatur lalu lintas saat terjadi kabut asap di Ogan Ilir pada tahun 2019 (Sumber : ANTARA FOTO/Ahmad Rizki Prabu)
pemkab muba pemkab muba

BERITAMUSI – Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sumatera Selatan telah terjadi sejak September 2023. Ditinjau berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total lahan terbakar di Sumatera Selatan mencapai 32.496,5 hektare. Hal ini membuat wilayah Palembang dan sekitarnya diselimuti kabut asap yang tebal selama beberapa minggu terakhir.

Awal mula kebakaran diduga akibat proses sonor atau pembakaran yang dilakukan untuk membuka lahan, keadaan tanah dan udara yang kering karena musim kemarau menjadi faktor yang menyebabkan kebakaran semakin meluas. Akibatnya, kualitas udara menjadi buruk dan berdampak pada kesehatan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kasus ISPA di Palembang akibat kebakaran ini.

Ditengah permasalahan kabut asap yang semakin meluas di wilayah Palembang dan sekitarnya, banyak masyarakat yang menutup mata dan telinga untuk memilih membakar sampah sebagai jalan dalam membersihkan limbah rumah tangga, padahal hal ini tentunya semakin memperburuk kualitas udara.

Asap dari membakar sampah jenis apa pun, baik plastik, kayu, kertas, daun, maupun kaca, melepaskan banyak polutan beracun, yakni karbon monoksida, formaldehida, arsenik, dioksin, furan, dan VOC. Namun masyarakat bersembunyi dibalik pernyataan ‘tidak ada cara lain untuk mengolah sampah’, ‘tidak ada petugas kebersihan di wilayah ini’, dan melakukan cara mudah namun berisiko besar yaitu membakar sampah.

Padahal ada beberapa cara mengolah sampah tanpa harus menggunakan metode pembakaran. Berikut hal yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah selain dibakar antara lain:

1.Reduce, Reuse, Recycle

Proses pengelolaan sampah menggunakan 3R ini sudah tidak asing lagi. Dimulai dengan mengurangi penggunaan sampah plastik, contohnya menggunakan tas kantong belanja sendiri berbahan kain. Menggunakan kembali barang yang masih bermanfaat dan mendaur ulang bahan yang sudah tidak terpakai menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali.

2. Memilah sampah

Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik dapat dikreasikan menjadi beberapa kerajinan atau peralatan lain yang memiliki nilai guna, sedangkan sampah organik dapat diolah dengan cara dikubur atau pakan ternak.

3. Dijadikan kompos

Sampah yang berasal dari dapur seperti kulit buah, sisa makanan, sampah daun dan rumput dapat dijadikan kompos. Cara yang dapat dilakukan untuk membuat sampah menjadi kompos adalah dengan membuat lubang resapan biopori dengan diameter 10 Cm dan kedalaman 100 Cm di dalam tanah. Lubang ini diisi dengan sampah organik dan ditutup rapat. Setelah itu diamkan selama 2 minggu untuk pembusukan yang sempurna.

4. Briket

Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai briket untuk menggantikan minyak tanah. Pembuatannya mudah, dengan menggunakan sampah organik kering. Pembuatannya diawali dengan membakar sampah di dalam drum, harus dijaga dan diperhatikan agar tidak ada asap yang keluar masuk secara bebas. Setelah terbentuk arang, tumbuk sampai halus dan tambahkan lem kanji, bentuk adonan tadi dan terakhir jemur hingga kering dibawah sinar matahari.

Penulis : Nur Fitra Zahlianty, Adristi Nur Arinda, Risma Salsabila, Tarisha Kahla Sabitha, Fania Rahmahusifa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *