pemkab muba pemkab muba
Kesehatan

‘Kearifan Lokal Rumah Panggung Sungai Musi dan Berbagai Permasalahan yang Menyelimutinya’

523
×

‘Kearifan Lokal Rumah Panggung Sungai Musi dan Berbagai Permasalahan yang Menyelimutinya’

Sebarkan artikel ini
Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia
pemkab muba pemkab muba

BERITAMUSI – Rumah panggung merupakan salah satu kearifan lokal yang masih dapat ditemukan ditemukan di berbagai tempat di Sumatera Selatan, khususnya disepanjang pinggiran Sungai Musi.

Menurut Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi Rangkuti, rumah panggung telah berkembang sejak abad ke-4 masehi atau sebelum adanya kerajaan Sriwijaya, hal ini berdasarkan dari ditemukannya sebuah tiang rumah panggung di sebuah alur sungai kecil yang menghubungkan Sungai Lahan dan Sungai Sembilang.

Pembangunan rumah panggung disepanjang Sungai Musi sendiri tidak terlepas dari kebiasaan orang-orang zaman dahulu yang cenderung menetap dan membangun rumah di sekitar sumber air, karena air merupakan sumber kehidupan, serta sungai memiliki berbagai macam kekayaan hayati yang dapat dimanfaatkan untuk bertahan hidup.

Hal ini juga tidak terlepas dari struktur tanah di Sumatera Selatan yang sebagian besar merupakan lahan basah, sehingga pembangunan rumah panggung di zaman dulu dinilai merupakan pilihan yang tepat.

Rumah panggung terdiri dari tiang penyangga dengan tinggi rata-rata lebih dari dua meter diatas permukaan tanah, dimana para penghuninya tinggal di lantai atas, hal ini dinilai sebagai cara paling aman sehingga apabila sungai meluap, penghuni yang tinggal di atasnya masih tetap aman.

Permasalahan Lingkungan Sungai Musi

Rumah panggung di sekitar Sungai Musi ini merupakan salah satu kearifan lokal yang masih bertahan hingga sekarang, namun hal ini masih disertai dengan berbagai permasalahan kesehatan yang muncul yang bersumber dari lingkungannya. Salah satu permasalahan rumah panggung Sungai Musi ini ialah sanitasi air yang buruk.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Akhmad Mustain, kondisi Sungai Musi pada saat ini sudah pada ambang batas atau mengkhawatirkan,  dimana sungai telah tercemar banyak limbah cair dan padat akibat aktivitas industri, hal ini bahkan dapat merusak ekosistem biota perairan.

Permasalahan Kesehatan Rumah Panggung Sungai Musi

Rumah panggung tradisional di daerah Palembang, terutama yang berlokasi di daerah lahan basah Sungai Musi dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Salah satu masalah utama adalah risiko penyakit akibat kelembaban tinggi dan lingkungan yang lembab. Kelembaban yang tinggi memungkinkan pertumbuhan jamur, bakteri, dan tungau, yang dapat mengakibatkan alergi dan gangguan pernapasan. Keterbatasan akses air bersih yang dapat menyebabkan penyakit perut dan infeksi, serta risiko serangan hama dan gigitan serangga.

Selain itu, rumah panggung seringkali terbuat dari bahan-bahan kayu yang dapat menjadi sarang serangga dan hewan pengerat. Hal ini dapat meningkatkan risiko terpapar penyakit yang ditularkan oleh serangga, seperti malaria, demam berdarah, dan leptospirosis.

Kondisi kelembaban yang tinggi juga dapat memicu pertumbuhan jamur yang dapat merusak struktur rumah dan menghasilkan spora yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan pernapasan. Selain itu, rumah panggung yang tidak terawat dengan baik dapat menghadirkan risiko kecelakaan struktural, yang dapat mengakibatkan cedera fisik.

Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sungai Musi

Perlu dilakukan adanya pemberdayaan masyarakat yang tinggal di rumah panggung sekitar Sungai Musi. Banyaknya risiko kesehatan yang mengancam menjadi permasalahan serius yang harus segera diatasi. Perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai risiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat lingkungan tempat tinggalnya. Dalam hal ini, pemerintah juga harus bekerjasama dalam pengadaan sanitasi yang layak, dan fasilitas kesehatan yang memadai guna meminimalisir terjadinya penyakit. Pemerintah dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk membantu terwujudnya pemberdayaan masyarakat sekitar Sungai Musi.

Penulis : Ade Agdinta Nurjannah, Fahri Zulfa Ghuzairi, Ghina Abbiyah, Janika Dwi Putri, Selly Anggraeni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *