pemkab muba pemkab muba
Musi Banyuasin

Dampak Cuaca Ekstrem Terhadap Air Bersih di Indralaya yang Menimbulkan Kekhawatiran

317
×

Dampak Cuaca Ekstrem Terhadap Air Bersih di Indralaya yang Menimbulkan Kekhawatiran

Sebarkan artikel ini
pemkab muba pemkab muba

BERITAMUSI – Sumur merupakan sumber air yang sekarang ini masih banyak digunakan di Indonesia. Dalam penggunaannya pun harus memastikan terlebih dahulu kebersihan dari air sumur tersebut untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju dan sebagainya.

Di Indonesia sekarang ini telah memasuki cuaca ekstrem atau sering disebut dengan peristiwa El Nino La Nina, terutama di daerah Indralaya. Laman BMKG NTB menyatakan bahwa El Nino adalah situasi dimana Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pemanasan di atas tingkat normal.

El Nino secara signifikan meningkatkan potensi pembentukan awan di Samudera Pasifik tengah, yang pada dampaknya akan mengurangi curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Sebaliknya, La Nina mengurangi kemungkinan pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah, yang berdampak positif dengan peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia secara keseluruhan.

Dengan kata lain, El Nino cenderung memicu kondisi kekeringan, sementara La Nina memiliki kecenderungan meningkatkan curah hujan di Indonesia.

Masalah air sumur yang keruh menjadi perhatian serius bagi penduduk yang tinggal di Indralaya, hal ini diakibatkan oleh kepadatan penduduk yang semakin meningkat dan adanya cuaca ekstrem memperkuat kelangkaan air sehingga membuat air menjadi keruh.

Air keruh membuat kekhawatiran atas kualitas air minum dan kehidupan sehari-hari warga sekitar. Kualitas air sumur menjadi perhatian serius bagi warga dan mahasiswa di Indralaya karena munculnya ketakutan terkait kekeruhan air yang mempengaruhi akses terhadap air bersih dan kesehatan masyarakat setempat.

Air sumur yang keruh merupakan isu kritis yang harus segera diatasi, karena air adalah elemen penting bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa wilayah yang terdampak oleh masalah ini termasuk di Jalan Sarjana, Timbangan dan beberapa tempat di Indralaya. Menurut WHO tahun 2017, sekitar 71% populasi global memiliki akses ke sumber air minum yang dapat diandalkan dan aman.

Meskipun demikian, sekitar 2 juta orang masih harus mengandalkan air minum dari sumber yang tercemar, terutama karena polusi oleh kotoran manusia atau hewan. Ini merupakan masalah serius, sebab udara yang tercemar dapat menjadi penyebab penularan berbagai penyakit melalui konsumsi dan penggunaan sehari-hari.

Mahasiswa yang mayoritas anak kost sering mengeluhkan perubahan kualitas air yang mereka rasakan dalam beberapa bulan terakhir. Air sumur yang dulunya bersih dan jernih, kini menjadi keruh dan terkadang berbau. Hal ini memicu kekhawatiran akan kesehatan dan kebersihan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Adapun beberapa faktor yang diduga berkontribusi sebagai penyebab dari keruhnya air bersih yaitu:

  1. Over Pompa : Kepadatan penduduk yang tinggi di sekitar Indralaya telah menyebabkan banyaknya air yang ditarik dari sumur, kadang-kadang melebihi kapasitas maksimalnya.
  2. Kualitas Tanah : Pembangunan yang terus menerus ada untuk perbaikan kost ini telah mengubah karakteristik tanah yang mempengaruhi kualitas air sumur.
  3. Polusi : Aktivitas kampus dan penduduk yang tinggi juga dapat menghasilkan polusi tanah yang kemudian merembes ke dalam sumber air. Belakangan ini banyak terjadi permasalahan mengenai sampah di Jl. Sarjana yang mayoritas pada jalan belakang memiliki tingkat tanah yang rendah. Jalan belakang tersebut dipenuhi dengan sampah dan sempat terjadi kebakaran yang melahap semua tanaman hijau. Namun sampai sekarang sampah masih tetap ada di sekitar jalan yang membuat aroma tidak sedap apabila melintasi jalan tersebut

Salah satu faktor penyebab keruhnya air sumur adalah penggunaan tanah yang berlebihan dan perubahan pola hujan yang ekstrem, yang mempengaruhi kualitas air tanah. Penyumbatan sumur oleh endapan lumpur dan kotoran yang masuk akibat hujan deras menjadi masalah serius. Kedalaman sumur juga berpengaruh karena semakin dalam sumur, semakin besar kemungkinan airnya menjadi keruh. Kualitas air yang buruk akan berdampak terhadap kesehatan warga, terutama apabila air digunakan untuk keperluan memasak dan minum yang tentunya tubuh akan merespons kuman yang masuk.

Kepadatan penduduk yang tinggi di sekitar Indralaya telah menyebabkan tekanan besar pada sumber daya alam, termasuk air sumur. Banyak warga yang mengandalkan air sumur sebagai sumber utama pasokan air bersih mereka. Namun, akibat banyaknya rumah dan aktivitas penduduk yang mengonsumsi air mengakibatkan sumber air sumur semakin terganggu.

Mengonsumsi air yang terkontaminasi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis. Gangguan kesehatan akut muncul dengan gejala langsung, seperti diare, yang, meskipun jarang menyebabkan kerusakan permanen, dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.

Di sisi lain, gangguan kesehatan kronis dapat timbul karena konsumsi air tercemar secara terus-menerus. Contohnya adalah risiko kanker, gangguan hati, dan masalah ginjal yang dapat disebabkan oleh kontaminan seperti bahan kimia atau radionuklir seperti radium dan arsenik dalam air.

Adapun beberapa langkah yang harus diambil untuk mengatasi masalah ini, termasuk pengujian berkala air sumur, pembersihan sumur secara berkala, serta edukasi kepada warga mengenai praktik-praktik kebersihan yang dapat membantu menjaga kualitas air sumur.

Selain itu, rencana jangka panjang untuk mencari sumber air alternatif yang lebih bersih juga perlu diupayakan. Warga diharapkan turut berperan aktif dalam mencari solusi, dengan mendirikan beberapa kelompok-kelompok swadaya yang berfokus pada masalah kualitas air sumur. Melakukan penggalangan dana dan kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait untuk memperbaiki situasi ini. Situasi kualitas air sumur yang keruh menjadi isu serius yang harus segera diatasi.

Semua pihak, mulai dari pemerintah setempat hingga masyarakat, harus bersatu untuk mencari solusi terbaik demi menjaga kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di wilayah tersebut.

Penulis: Khairunnisa Zahara, Yuli Kurniati, Dini Nabila Aryani, Sepriadi, Putri Alliyah Nurshabrina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *