pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Olahraga

Industri Pornografi usai Sorot Kamera Mati

115
×

Industri Pornografi usai Sorot Kamera Mati

Sebarkan artikel ini
porno
pemkab muba
Industri Pornografi usai Sorot Kamera Mati
Ilustrasi industri pornografi. (Sean Garnsworthy/Getty Images)

JAKARTA I Di depan layar, set itu selalu dipenuhi desahan, intimasi, dan keringat. Tapi di mata Jo Broughton, segala liukan erotis itu menjelma menjadi foto-foto terang, bersih, indah, dan romantis meski kosong.

Broughton memberinya judul Empty Porn Sets. Usai semua pemain dan kru pulang, Broughton membersihkan set, menatanya sedemikian rupa, serta menyiapkan semua peralatan memotretnya.

Objeknya kasur berwarna merah muda nan feminin atau biru lembut, tempat tidur rumah sakit, hutan buatan, sampai balok-balok es. Tak jarang set itu dilengkapi sepatu hak tinggi, lingerie berantakan, atau dildo serta vibrator yang tak sengaja tertinggal.

Sekilas hasilnya seperti mengingatkan pada pajangan set kamar di pusat perbelanjaan. Namun mainan seks di sekitarnya mengingatkan bahwa itu set pornografi.

“Ini seperti taman bermain dari khayalan murahan yang ditinggalkan seperti dokumen sejarah untuk perilaku seks,” tulis Broughton dalam situs web-nya.

Broughton tidak sengaja terlibat dalam industri itu. Dalam usia yang masih sangat muda, ia pergi dari rumahnya di Essex untuk mencari pengalaman kerja di Thurrock College. Ia menjadi asisten fotografer.

Saat itu Broughton tidak sadar bahwa itu studio pornografi. Karena sudah terlanjur “basah,” ia memilih belajar banyak dari tutornya, mentor yang sekaligus memberinya tempat tinggal dan pelatihan.

Tertarik pada dunia fotografi, ia lantas mengambil studi di Royal College Art. Demi membiayai pendidikan serta proyek-proyek foto kreatifnya, Broughton bekerja sebagai tukang bersih-bersih di studio pornografi. Di sanalah ia akhirnya berkarya.

Sejak 2001, setelah studio sunyi ia mulai mengambil gambar, hari demi hari. Hasil karyanya sempurna menggambarkan kontras antara keriuhan desah bintang porno dengan kesunyian yang sederhana.

“Warna-warnanya terang dan strukturnya sederhana bahkan terlihat menjual. Kemudian Anda melihat lagi dan menemukan petunjuk. Botol pelumas, dildo, lampu, dan studio keseluruhan, gambaran kasar tanpa ketelanjangan,” demikian keterangan foto itu.

Broughton memutuskan studio pornografi menjadi inspirasinya, karena baginya itu adalah satu-satunya rumah yang ia tahu. Tempat yang aman, hangat, dan satu-satunya yang membuatnya sangat diterima.

“Saya menyembunyikan hubungan saya dengan industri pornografi seperti rahasia dan perasaan bersalah. Tapi tanpa itu mungkin saya tidak menyadari ambisi saya,” ucapnya menerangkan.

Ia tidak ingin berkata dirinya merasa nyaman dengan industri itu. “Tapi saya menyadari selalu ada dua sisi dari tiap koin, yang terang dan yang gelap,” katanya.

Broughton ingin orang lain juga merasakan itu melalui karyanya. Kalau ditanya ia sendiri sebagai tukang bersih-bersih, jelas ia sudah terlalu biasa. Saat kamera tak lagi menyala, ia merasakan set-set itu seperti tempat kejadian perkara kriminalitas.

“Berurusan dengan cairan tubuh membuat saya merasakan sisi kemanusiaan saya sendiri dan kerentanan para model yang beraksi di depan kamera hari itu,” tutur Broughton. Karya yang sudah dipamerkan itu memang mengajarinya banyak hal.(CNN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *