pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Olahraga

2016, Akankah Publik Bosan pada Pahlawan Super?

100
×

2016, Akankah Publik Bosan pada Pahlawan Super?

Sebarkan artikel ini
Pahlawan
pemkab muba

2016, Akankah Publik Bosan pada Pahlawan Super? JAKARTA I Pahlawan super masih akan berdatangan. Tahun 2016 saja, masih akan ada setidaknya tujuh film tentang pahlawan super. Mulai dari yang sudah populer sepertiBatman v Superman, Captain America, dan para mutan X-Men, sampai para pahlawan super baru.

Marvel menghadirkan Deadpool yang cenderung cengengesan, Gambit yang sangat jagoan, danDoctor Strange yang misterius. Ada pula sekolompok penjahat yang dijadikan sekumpulan pahlawan, dalam Suicide Squad.

Menurut Danny Stack, salah satu penulis skenario asal Inggris, masyarakat memang masih haus cerita heroisme ala pahlawan super yang disodorkan Amerika. Itu karena mereka punya jalan cerita yang khas dan penokohan yang sudah jelas porsi-porsinya.

“Film pahlawan super umumnya mengikuti struktur tradisional yang ada dalam penulisan skenario.Man of Steel mencoba sesuatu yang berbeda, tapi tidak terlalu sukses,” ujar Stack.

Ia menuturkan, film-film pahlawan super pada intinya sangat sederhana. Selalu ada tokoh pahlawan, musuh yang ingin menguasai dunia atau berniat jahat, dan mereka harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orang banyak atau jika tak ingin dunia hancur.

“Itu struktur dasar yang bagus,” katanya.

Namun di sisi lain, penonton sekarang mulai “canggih.” Penonton mungkin tidak mengerti soal elemen dasar penulisan skenario, namun mereka punya selera. Apa yang mereka rasakan pada suatu film, didasari atas selera pribadi, bukan tolok ukur teori.

“Mereka hanya bilang, membosankan di sebelah sini, tidak terlalu suka di bagian ini, agak kebingungan di sini. Mereka hanya pakai insting,” ujar penulis Who Killed Nelson Nutmeg itu. Karena itu, terkadang penulis skenario harus memodifikasinya.

Stack mencontohkan, seperti yang sering dilakukan sutradara Quentin Tarantino pada film-filmnya. Yakni, “mengacak-acak” pola skenario. Yang awal diletakkan di akhir, yang akhir di tengah, dan tengah di awal, atau sebaliknya. “Karakter yang meninggal di awal bisa jadi kunci filmnya,” ujarnya.

Cerita pahlawan super bisa mencontoh itu, namun tentu harus melalui eksperimen. “Guardians of the Galaxy dan Ant-Man adalah eksperimen yang bagus,” tutur Stack. Meski tidak terlalu memecah-belah timeline skenario, kedua film itu dipenuhi humor.

“Dan ada sesuatu tentang karakternya. Setelah menontonnya, kita senang, meski tidak terlalu memahami filmnya,” imbuhnya.

Itu dilakukan Marvel tahun ini. Berdasarkan “eksperimen” Guardians of the Galaxy dan Ant-Man,karakter yang belum dikenal, mereka menambah kemunculan pahlawannya,

seperti Deadpool danDoctor Strange. Dengan variasi itu, pahlawan super pun masih bisa “menyelamatkan” diri dari kebosanan. (cnnindonesia.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *