LAHAT – Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Lahat, berimbas juga pada debit air yang ada di aliran Sungai Lematang, Sungai Selangis dan beberapa sungai lain di Kabupaten Lahat.
Kondisi tersebut berimbas berkurangnya suplai air bagi masyarakat, khususnya warga yang masih mengandalkan sungai untuk keperluan sehari-hari. Termasuk juga bagi petani padi.
“Ya, kita telusuri aliran sungai dengan perahu karet sekaligus untuk mengetahui kondisi daerah aliran sungai (DAS). Saat ini debit air menurun drastis jika dibanding sebelumnya,” terang Bupati Lahat H. Cik Ujang SH saat menyusuri sungai dari Selangis hingga Lematang dari Desa Lubuk Selo, Desa Kedaton Tanjung Mulak, Kamis (12/10/2023).
Dikatakan Cik Ujang, meski saat ini debit air kecil, warga terutama yang tinggal tidak jauh dari DAS tetap harus waspada jika kemarau berlalu, dan memasuki musim hujan debit air bisa naik sewaktu waktu.
Dirinya juga meminta kepada warga, jangan melakukan pembakaran lahan yang menyebabkan hutan dan lahan menjadi gundul. Kondisi tersebut berpotensi terjadi longsor, apalagi di DAS.
“Pohon-pohon yang terbakar roboh kemudian jatuh ke sungai. Saat air pasang bisa menjadi ancaman bagi warga. Untuk itu jangan bakar lahan dan hutan, apalagi warga yang kedapatan bisa dipenjara,” tegasnya.
Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lahat mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak 24 Agustus hingga 8 Oktober 2023 sudah menghanguskan sekitar 293,83 Ha dengan 84 kejadian.
Dengan rincian pada bulan Agustus sebanyak tiga kejadian karhutla. Lalu kejadian karhutla bulan September 2023 ada 52 kejadian. Untuk jumlah kejadian Karhutla bulan Oktober hingga tanggal 8 Oktober ada 29 kejadian.
“Mayoritas lahan dan kebun yang terbakar. Untuk penyebabnya diduga kelalaian manusia, seperti api rokok dan pembakaran sampah. Diharapkan masyarakat harus tetap waspada dan bersama mencegah karhutla. Apalagi saat ini trend kebakaran hutan lahan mulai meningkat,” ujar Bupati didampingi Kepala Pelaksana Harian BPBD Lahat, H. Ali Afandi. (Sfr)