pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Agri Farming

Nasib Rangkong Gading, Tak Henti jadi Target Buruan

48
×

Nasib Rangkong Gading, Tak Henti jadi Target Buruan

Sebarkan artikel ini
Majelis-hakim-PN-Stabat-yang-menangani-perkara-paruh-rangkong-memerintahkan-barang-bukti-disita-untuk-dimusnahkan-Ayat-S-Karokaro-1-100x100
pemkab muba
  • Rangkong atau enggang gading masuk satwa terancam punah. Perburuan masih terus terjadi. Kala penyelamatan tak segera, bukan mustahil rangkong bakal tinggal kenangan.
  •  Rangkong Indonesia pun penelitian rangkong di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dari survei mereka selama setahun terakhir, ditemukan 1.003 kali perjumpaan rangkong. Berhasil teridentifikasi, delapan jenis, yaitu enggang cula 65,6% perjumpaan, rangkong gading 10.4%, dan julang emas 9,6%. Lalu, julang jambul-hitam, enggang jambul, kangkareng perut putih kurang 1%, kangkareng hitam 2% dan enggang klihingan 11%.
  •  Sebagian besar responden pun menyatakan pernah berburu rangkong, atau sebanyak 52%. Kalau jenis yang diburu, sebanyak 80% enggang atau rangkong gading! Lalu, enggang cula 15%, julang emas 1%, enggang klihingan 1%, kengkareng hitam 3%.
  •  Apa alat burunya? Responden banyak pakai senapan lantak (89%), senapan angin 8%, jebakan, jerat atau jaring atau bubu 2%, sumpit 1%.

Namanya, rangkong gading. Kalau di Kalimantan,  dikenal dengan nama enggang gading. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan burung ini dalam status critical endangered. Kala penyelamatan tak segera, bukan mustahil rangkong bakal tinggal kenangan. Rangkong Indonesia pun penelitian rangkong di Kalimantan Barat untuk mengetahui berbagai hal soal satwa ini.

Rangkong Indonesia merupakan mitra Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) melalui Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Kalimantan, dalam upaya penyelamatan rangkong. Kalimantan, merupakan rumah delapan spesies burung enggang.

Yokyok Hadiprakarsa, pendiri Rangkong Indonesia mengatakan, krisis rangkong gading karena diburu untuk keperluan pasar gelap global.

Rangkong Indonesia survei, populasi persepsi, kemudian sistem informasi. Juga mengidentifikasi wilayah yang jadi kawasan prioritas rangkong gading Indonesia, bagaimana pengelolaan secara spesifik, dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di Taman Nasional Danau Sentarum maupun di luar kawasan.

Dari survei mereka selama setahun terakhir, ditemukan 1.003 kali perjumpaan rangkong. Berhasil teridentifikasi, delapan jenis, yaitu enggang cula 65,6% perjumpaan, rangkong gading 10.4%, dan julang emas 9,6%. Lalu, julang jambul-hitam, enggang jambul, kangkareng perut putih kurang 1%, kangkareng hitam 2% dan enggang klihingan 11%.

“Selain perjumpaan langsung dalam survei dan pemantauan juga dengan identifikasi suara, 86,9%.”

Mereka pemantauan dan identifikasi langsung di lapangan tempat habitat rangkong berada.

Survei ini melibatkan 513 responden. Dari survei tujuan ke hutan berburu menempati urutan kedua, rinciannya, 5% mengambil rotan, madu atau tanaman obat 13%, berburu 24% dan berladang 57%.

Sebagian besar responden pun menyatakan pernah berburu rangkong, atau sebanyak 52%. Sedang pertanyaan soal asal pemburu rangkong gading, yang menjawab orang luar atau pendatang 25% dan tidak tahu 7%. Jawaban pemburu orang kampung sini 57% dan kampung tetangga 11%.

Ketika ditanya kapan mulai terjadi perburuan rangkong, yang menjawab lima tahun terakhir 46%, satu tahun terakhir 11% lebih. Kemudian, jawab lima tahun 42% dan satu bulan terakhir 1%.

Apa alat burunya? Responden banyak pakai senapan lantak (89%), senapan angin 8%, jebakan, jerat atau jaring atau bubu 2%, sumpit 1%.

Kalau jenis yang diburu, enggang cula 15%, julang emas 1%, enggang klihingan 1%, kengkareng hitam 3%, dan rangkong gading 80%.

“Artinya jenis rangkong yang paling banyak diburu adalah rangkong gading.”

Kalau alasan perburuan, responden menjawab 13% buat makan, pelihara 2%, tidak tahu 3%, jual 82%.

Mengenai identifikasi DNA, katanya, sedang kajian genetik berdasarkan dari paruh rangkong sitaan, masih bisa mengekstrak DNA material. Dari sana, katanya, bisa tahu setidaknya jenis kelamin dan beberapa hal.

Dia berharap, bisa mengetahui asal usul satwa rangkong gading. Sulit dapatkan material DNA. Bahkan, pada bank data dunia untuk jenis binatang, jenis rangkong hanya enam atau lima dan dalam keadaan jelek.

Untuk urusan ini, mereka masih pengajuan peminjaman spesimen ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lewat KLHK pun, dia berharap bisa memberikan akses untuk ambil sampel. Indonesia masih memiliki banyak sitaan, baik di Jakarta, Samarinda, Aceh, Sumatera Barat.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa mengekstrak data itu, dan bisa tahu karena ini sangat berharga sekali.”

Pakan enggang

Sementara itu, Ani Mardiastuti, Guru Besar Konservasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menyoroti soal pakan enggang. Dia bilang, pakan enggang 89% buah ficus.

Satwa pemakan buah ficus banyak sekali, katanya, seperti lutung atau burung lain, dan tupai hingga kompetisi makin ketat untuk mendapatkan makanan. Tanaman ficus tidak setiap saat tumbuh, ada musiman, hingga enggang harus berjuang terbang kesana-kemari mencari ficus berbuah secara alami.

Untuk itu, harus menganalisis siklus pembuahan fikus guna mengetahui kapan makanan rangkong ini berbuah hingga tak perlu terbang sampai jauh menghabiskan energi, menyebabkan makan juga lebih banyak.

Selain memenuhi kebutuhan sendiri, rangkong jantan harus memberi makan pasangan dan anak-anaknya yang menunggu di rumah pohon.

“Enggang merupakan burung sangat sesetia. Ia bisa bersama sampai seumur hidup atau dalam satu musim kawin tetap akan bersama sang betina.” (Sumber: mongabay.co.id )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *