PANGKALPINANG-Perwakilan PT. Surveyor Indonesia (SI) untuk Bangka Belitung, Aziz mengaku melakukan kegiatan verifikasi ekspor timah (VET) di pabrik PT. Rajawali Rimba Perkasa (RRP) di Toboali Bangka Selatan. Dalam konfirmasinya menjawab pertanyaam wartawan Jumat (30/10/20) pagi, Aziz mengaku bahwa pihaknya melakukan semua proses di pabrik PT. RRP mulai dari proses sampling hingga penimbangan.
Terkait pertanyaan masalah asal usul barang, Aziz menegaskan bahwa pihaknya tidak lagi bertanggung jawab, karena sudah tidak lagi turun ke tambang. PT. RRP sendiri menjadi sorotan sejumlah media lantaran perusahaan pemegang IUP OP di kawasan Desa Nyelanding Bangka Selatan tersebut mendadak melakukan penyimpanan stock ingot di gudang logistik bursa sebanyak 125 mt. Sementara diketahui PT. RRP sendiri tidak terlihat tanda-tanda melakukan penambangan di lokasi IUP miliknya.
“Terkait asal usul barang, kami tidak lagi ke tambang Bang, jadi berita (yang mempertanyakan asal-usul pasir timah PT. RRP) tersebut tidak bisa kami komentari, karena bukan lagi ranah surveyor. Untuk proses di smelter semua kita lakukan, dari sampling sampai penimbangan. Kami lakukan di smelter RRP di Toboali, terima kasih,” tulis Aziz menjawab konfirmasi wartawan Jumat pagi.
Ditanya lebih jauh terkait waktu dan tanggal pihak Surveyor Indonesia melakukan verifikasi ekspor timah, Aziz menolak menjawab dengan dalih hal tersebut menjadi SOP PT. Surveyor Indonesia. Termasuk ketika wartawan meminta foto kegiatan verifikasi yang katanya dilakukan di pabrik PT. RRP.
“Sesuai arahan korporate, semua informasi pekerjaan yang berhubungan dengan dokumen negara, hanya boleh diminta melalui kantor pusat up sekretaris perusahaan. Silahkan bapak bisa langsung ke kantor pusat. Terima kasih Pak,” elak Aziz sembari memberikan nomor telepon kantor pusat dengan kode wilayah Jakarta.
Jawaban pihak Surveyor Indonesia yang disampaikan melalui Aziz, terkait proses verifikasi ekspor Timah di pabrik PT. RRP ini sendiri tak sesuai dengan temuan investigasi sejumlah wartawan. Sebelumnya sejumlah wartawan melakukan investigasi terkait dugaan kegiatan produksi fiktif yang dilakukan oleh PT. Rajawali Rimba Perkasa ini. Beberapa sumber terpercaya yang ditemui oleh wartawan mengatakan bahwa, Pabrik PT. RRP sendiri bisa di bilang kosong melompong tanpa aktivitas sejak 2018 lalu.
Kala itu proses produksi smelter timah terkena dampak domino pasca pihak bursa timah indonesia ICDX, men-suspend hasil verifikasi timah dari PT. Surveyor Indonesia, karena diduga abal-abal. Temuan Bareskrim Mabes Polri soal asal usul timah dari tambang ilegal yang diverifikasi oleh SI ini tak berujung, namun kegiatan ekspor timah perusahaan-perusahaan smelter sontak berhenti sejak Oktober 2018 tersebut. Termasuk PT. Rajawali Rimba Perkasa yang kemudian diduga mendapatkan fasilitas RKAB secara istimewa untuk merilis stock ingot yang tak sempat trading di ICDX pada 2018 lalu.
Keanehan pun terjadi di wilayah IUP OP milik PT. RRP di Desa Nyelanding. Di IUP ini, wartawan hanya menemukan galian sebesar kolam ikan, dan 3 orang pekerja yang sedang memperbaiki mesin Dongfeng. Tak telihat aktifitas sisa penambangan. Sementara PT. RRP sendiri sudah menyelesaikan trading di ICDX, sebanyak 25 lot, atau setara 125 metrix ton.
Terkait asal usul barang pasir timah yang dilebur, wartawan mencoba mengkonfirmasi dengan pihak Dinas ESDM Babel, namun hingga berita ini diturunkan, Plt Kepala Dinas ESDM Babel, Amir Syahbana tak menjawab konfirmasi yang dikirim via pesan whatsapp termasuk telepon yang ditujukan kepadanya. Bahkan sejumlah wartawan pun mengaku mengalami hal yang sama, mengatakan bahwa Plt. Kadis ESDM Babel tak menjawab konfirmasi.(doni)