JAKARTA I Tanggal 1 Mei kerap diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, atau yang biasa disebut May Day. Pada hari ini, kaum buruh di sejumlah negara berkumpul, dan biasanya meluncurkan aksi unjuk rasa menuntut penegakkan hak-hak buruh.
Namun, May Day pada mulanya tidak identik dengan perjuangan kaum buruh. Menurut Encyclopedia Britannica, tanggal 1 Mei pada abad pertengahan dan modern Eropa merupakan hari libur untuk merayakan dimulainya musim semi. Sementara di belahan dunia lain May Day dirayakan sebagai berakhirnya musim semi dan dimulainya musim panas.
Berasal dari ritual pertanian kuno, tanggal 1 Mei pada masa itu kerap dirayakan oleh warga Yunani dan Romawi yang berkumpul, berdendang dan menari di sekitar Maypole, atau tiang yang didekorasi dengan pita sedemikan rupa. Perayaan juga dimeriahkan dengan pendekorasian bunga-bunga liar serta penobatan raja dan ratu May.
Perayaan itu awalnya dimaksudkan untuk memastikan kesuburan tanaman, ternak dan manusia. Ketika sebagian besar warga Eropa memeluk agama Kristen, perayaan May Day identik dengan budaya pagan dan tradisinya menjadi melebar. Sedangkan di budaya Amerika, May Day tidak menjadi perayaan yang populer.
May Day identik dengan perjuangan kaum buruh ketika pada 1 Mei 1886 para aktivis di Amerika Serikat berkumpul untuk berunjuk rasa di Haymarket Square, Chichago. Mengutip Time, unjuk rasa saat itu terjadi selama empat hari dan diikuti oleh tak kurang dari 3.000 demonstran.
Pada hari keempat, yakni 4 Mei, unjuk rasa yang tadinya berlangsung damai berangsur menjadi ricuh. Ketika barisan polisi datang dan hendak membubarkan massa, bom tiba-tiba meledak, menewaskan 67 petugas polisi, tujuh di antaranya kemudian tewas.
Bentrokan antara demonstran dan polisi pun tak terhindarkan. Polisi melepaskan serentetan tembakan ke arah pengunjuk rasa dan melukai 200 orang. Insiden ini kemudian diperingati sebagai Haymarket Affair.
Untuk menghormati para demonstran yang kala itu menuntut lama kerja delapan jam per hari, Konferensi Sosialis Internasional pada 1889 menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.
Namun, tak semua negara merayakan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh. Dilansir dari CNN, di Amerika Serikat, Hari Buruh dirayakan pada hari Senin pertama bulan September, dan mulai ditetapkan sebagai libur nasional sejak 1894.
Pada masa perang dingin tahun 1958, dalam upaya menghilangkan semangat komunis yang melekat pada May Day, Presiden Dwight D. Eisenhower menandatangani resolusi untuk menetapkan 1 Mei sebagai “hari Kesetiaan.” Resolusi itu menyatakan bahwa May Day akan menjadi “hari khusus untuk menegaskan kembali kesetiaan kepada Amerika Serikat dan pengakuan warisan kebebasan Amerika.”
Di Indonesia sendiri, tanggal 1 Mei pernah ditetapkan sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Soeharto pada 1967, menjadikan libur nasional di Indonesia berjumlah 12 hari. Namun setahun setelahnya, melalui Keppres No. 148 tahun 1968, pemerintah menghapuskan tanggal 1 Mei dari daftar hari libur nasional.
Tanggal 1 Mei kembali ditetapkan sebagai hari libur nasional melalui Peraturan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disahkan pada Juli 2013. Pada masa pemerintahannya, peraturan ini ditetapkan setelah SBY bertemu dengan para berbagai pemimpin serikat pekerja yang kerap meluncurkan aksi demontrasi pada tanggal tersebut, guna menuntut penegakkan hak-hak buruh. (CNN)