Beritamusi.co.id –Pada Sabtu (14/11/2020), Indonesia melaporkan 5.272 kasus baru virus corona, sehingga total kasus Covid-19 menjadi 463.007.
Tambahan kasus baru yang menembus angka 5.000 itu merupakan kedua kalinya setelah laporan harian tertinggi dikonfirmasi pada Jumat (13/11/2020) dengan 5.444 kasus.
Kenaikan kasus ini terjadi dua minggu setelah libur panjang akhir Oktober 2020.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, situasi pandemi di Indonesia saat ini belum yang terburuk.
Pasalnya, dalam pemodelan epidemiologi, tambahan 5.000 kasus itu hanya setengah dari estimasi terendah kasus harian yang mencapai 10.000.
“Dari pemodelan epidemiologi saja, 5.000 adalah setengah lebih rendah dari estimasi terendah, yaitu 10.000. Artinya, ini bukan sesuatu yang mengagetkan,” kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (14/11/2020).
Menurut dia, ada dua faktor yang bisa menjelaskan mengapa angka kasus harian ini tinggi.
Pertama, cakupan tes di Indonesia selalu di atas 10 persen hingga saat ini. Dengan angka infeksi harian yang mencapai lebih dari 5.000 kasus, kasus positif di masyarakat jauh lebih besar belum terdeteksi.
Kedua, belum optimalnya strategi pengendalian virus corona di Indonesia.
“Tidak hanya masalah 3T, tapi juga dalam mencegah dan mengendalikan keramaian-keramaian, mobilisasi massa, di antaranta ya libur panjang dan demo,” jelas dia.
“Satu bulan setelah demo dan libur panjang terjadi peningkatan di atas 5.000-an ini ya sangat wajar, satu hal yang bisa diprediksi. Tapi ingat, ini belum yang terburuk,” kata Dicky.
Jika sisanya tidak dideteksi, Dicky mengingatkan, masih adanya infeksi di antara orang-orang yang rawan.
“Mereka akan menjadi korban dan membebani rumah sakit, termasuk meningkatkan angka kematian,” kata dia.
Dicky menjelaskan, kondisi ini selaras dengan data angka kematian yang stabil meningkat, baik kasus konfirmasi maupun kematian.
Menurut dia, tren peningkatan di Indonesia ini hampir sama dengan pola kasus yang terjadi di Brazil dan India.
“Sudah berapa bulan kita terus meningkat progresnya. Itu bukan tanda yang bagus, bahwa satu negara memiliki gelombang yang lama,” kata Dicky.
Dicky menekankan, ada strategi yang tidak tepat atau komprehensif sehingga kasus-kasus mayoritas ini belum ditemukan. (Sumber: Kompas.com)
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun