Beritamusi.co.id – Tren penurunan harga karet di Provinsi Sumatera Selatan baik di tingkat petani maupun di beberapa Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang ada di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan masih terus berlangsung.
Menurut, Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel, H Rudi Arpian SP.,MSI, tren penurunan harga karet di Provinsi Sumatera Selatan terus berlangsung. Penurunan terjadi baik ditingkat petani maupun di beberapa Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang ada di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Katanya, ada dua faktor yang menyebabkan harga karet ditingkat petani atau Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar di Sumatera Selatan turun yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Rudi menjelaskan, faktor eksternal penurunan harga karet di Sumatera Selatan tidak terlepas dari kondisi karet TSR20 di pasar global, setidaknya terdapat tiga faktor yang menyebabkan harga karet TSR20 di bursa berjangka Singapura belakangan ini semakin anjlok.
Faktor Pertama tak lain karena dampak kebijakan dalam negeri Tiongkok atau China mengenai pandemi Covid-19. Negera tirai bambu kembali menerapkan lockdown.
Prinsip nol-Covid yang dianut China membuat pasar komoditas menjadi sangat tidak pasti. “Kebijakan tersebut otomatis turut mempengaruhi laju sektor perdagangan internasional mereka,”kata Rudi.
Di satu sisi tambahnya, China merupakan konsumen atau importir komoditas karet terbesar di dunia. China merupakan konsumen nomor satu dunia, konsekuensinya bila demand berkurang dari negeri ini sangat mempengaruhi harga di pasar global.
Faktor kedua adalah pengaruh perang antara Rusia dengan Ukraina yang mempengaruhi ekonomi global dimana di negara eropa terjadi resesi, krisis pangan dan pada akhirnya daya beli masyarakat berkurang.
Faktor ketiga adalah daya saing karet asal Thailand, dari segi produktivitas maupun harga. Harga karet dari negara tetangga itu lebih murah dibanding negara produsen karet alam lainnya.
“Keadaan ini mengakibatkan pembeli dari industri ban besar lebih banyak membeli ke negeri ini, perlu juga diketahui bahwa produktivitas karet Thailand lebih tinggi dibandingkan Indonesia,”ujarnya.
Rudi mengatakan, penurunan harga karet di Sumatera Selatan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi karet di Tingkat petani itu sendiri, paling tidak terdapat 5 faktor Internal yang dapat mempengaruhi harga karet di tingkat petani Sumatera Selatan.
Pertama, sebagian besar produksi karet petani rendah, untuk mencari 1 ton/ha/th saja. “Ini dikarenakan bibit yang ditanam asal-asalan, kurang pemeliharaan dan kurang pemupukan,”ucapnya.
Faktor lainnya adalah banyak tanaman yang sudah tua dari Luas areal 1.238.415 Hektare terdapat 11 persen atau 139.295 Hektare Tanaman Karet tua atau tanaman rusak.
Ketiga, Sebagian besar dijual melalui pedagang pengepul secara harian, padahal sudah ada kelembagaan petani karet antara lain Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang menjual secara berkelompok melalui kemitraan atau lelang mingguan
Kemudian tingkat mutu karet kebiasaan sebagian petani karet di Sumatera Selatan dengan menyimpan bokarnya secara direndam atau dicampur dengan bahan bukan karet untuk memperberat timbangan
Selain itu, Bahan pembeku karet, Pada umumnya petani karet selama ini menggunakan pembeku lateks yang murah dan mudah didapat di pasaran yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak sehingga bokar yang diperoleh menjadi berat.
“Padahal tingginya kadar air dalam bokar dapat meningkatkan kadar abu ataupun kadar kotoran, terutama kalau air yang diserap berupa air kotor. Penggunaan pembeku lateks seperti pupuk fosfat maupun tawas akan meningkatkan kadar abu atau kadar kotoran yang sangat signifikan sehingga menyebabkan turunnya kualitas bokar,”katanya lagi.
Menurutnya, kelima faktor internal inilah yang saat ini menjadi PR bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani karet di Provinsi Sumatera Selatan.
Rudi menambahkan, 220 Sarjana Tenaga Pendamping Peningkatan Produksi Perkebunan (TP4) yang diangkat Gubernur Herman Deru, saat ini sudah mendampingi para pekebun untuk meningkatkan produktivitas di 17 Kabupaten/kota se Sumatera Selatan
“Kepandaian dari para intelektual ini diharapkan dapat mendampingi para pekebun untuk meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani di Sumatera Selatan menuju Sumsel Maju untuk semua,”jelas dia. (Romi)