JAKARTA I Keributan soal terompet berbahan sampul Al-Quran pertama kali menyeruak Minggu kemarin. Seorang kiai di Kendal, Jawa Tengah, menginformasikan minimarket Alfamart di Kelurahan Kebondalem kota itu menjual terompet dari sampul Al-Quran berwarna hijau yang bertuliskan “Kementerian Agama RI 2013” dan kaligrafi Arab bertuliskan lafadz Alquranulkarim.
Sang kiai melapor ke tokoh Nahdlatul Ulama setempat, yang selanjutnya melapor ke Polres Kendal. Polisi lantas mengecek langsung ke Alfamart Kebondalem dan menemukan terompet berbahan sampul Al-Quran sebanyak 14 buah.
Stok awal di toko itu ialah 60 buah, diterima pada 5 Desember dari Gudang Alfamrt Jalan Wijayakusuma, Semarang. Terompet-terompet itu bagian dari program promosi spesial terompet tahun baru seharga Rp3.500 untuk periode 16-31 Desember.
Kepolisian kemudian berkoordinasi dengan Manajer Alfamart Kabupaten Kendal dan menyita terompet-terompet itu di seluruh wilayah Kendal. Sang manajer pun diinterogasi.
Manajer dan karyawan Alfamart di Kendal mengatakan tak tahu terompet itu berbahan sampul Al-Quran karena saat diterima, kondisi terompet itu tertutup plastik hias. Mereka menyebut hanya menerima stok dari gudang pusat.
Kepolisian selanjutnya berkoordinasi dengan tokoh NU dan ormas untuk meredam keresahan warga, dan melakukan pengawasan terhadap Alfamart.
Perusahaan pembuat terompet tahun baru berbahan sampul Al-Quran, CV Ashfri, menyatakan menyerahkan pengerjaan terompet tersebut ke pengrajin di Wonogiri, Jawa Tengah. Kantor CV Ashfri sendiri berlokasi di Semarang.
“Untuk proses pembuatannya saya berikan ke pengrajin terompet di Wonogiri. Makanya saya tidak melihat bahan bakunya. Saya tahunya terompet sudah jadi,” ujar Al Ashfriana, pemilik CV Ashfri, kepada CNN Indonesia, Selasa (29/12/2015).
Pengrajin terompet di Wonogiri itu, kata dia, bernama Joko dan Kasman. Pembuatan terompet dilakukan setelah CV Ashfri mendapat pesanan dari Alfamart. Minimarket dengan gerai di berbagai wilayah Indonesia itu memesan 14.400 terompet.
Polisi masih terus meminta keterangan dari Joko dan Kasman di Polres Wonogiri.
Selain itu, Polres Wonogiri juga menyita 2,3 ton kertas sampul Al-Quran bertuliskan Arab yang menjadi bahan baku terompet dari Toko Joko milik warga Bulukerto, Wonogiri.
Dari pemeriksaan Parso, bahan baku diketahui dibeli dari Sunardi, seorang warga Solo.
Polda Jawa Tengah pun mengerahkan personel untuk mengusut kasus ini. “Kami gerak cepat untuk menuntaskan ini agar tak memicu keresahan di masyarakat,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Liliek Darmanto.
Penelusuran Kepolisian menyimpulkan terompet sampul Al-Quran sudah tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Kendal, Semarang, Blora, Solo, dan Wonogiri.
Terompet Berbahan Al-Quran untuk Menghasut
Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi agama dan sosial sangat menyesalkan terompet berbahan sampul Al-Quran yang beredar luas di masyarakat. Hal tersebut dapat memancing kemarahan umat Islam sehingga bisa menciptakan situasi yang tidak kondusif.
“Ini umat Islam sengaja dipancing terus untuk melakukan tindakan anarkisme. Di desain seperti itu, dihasut,” kata anggota Komisi VIII DPR Raden Muhammad Syafi’i seperti dilansir dari CNN Indonesia.com, Selasa (29/12/2015).
Syafi’i melihat ada perlakuan diskriminatif yang dialami umat Islam dan diminta untuk tidak mudah terpancing karena dapat merugikan umat Islam itu sendiri. “Jika kemudian umat Islam bereaksi barulah berita di-blow up bahwa umat Islam ‘pemarah’,” ujarnya.
Menurut Syafi’i sebentar lagi kemungkinan ada imbauan agar umat Islam tetap tenang. “Dan kemudian bila pelakunya tertangkap maka pelakunya ‘sesuai skenario’ pasti sudah didesain untuk minta maaf karena dianggap tidak tahu, tidak sengaja, dan lain-lain,” tuturnya.
Politikus Partai Gerindra itu mengatakan kasus “rekayasa” penghasutan seperti itu tidak pernah akan berhenti seperti yang sudah-sudah. Syafi’i mencontohkan kasus sajadah yang dibuat keset kaki di toilet dan sandal bertuliskan ayat suci Al Quran. “Sekarang terompet dan nanti ada yang lain lagi,” ucap dia.
Syafi’i meminta pemerintah dan aparat kepolisian menjaga keutuhan bangsa Indonesia dari munculnya kasus-kasus yang menghasut umat Islam.
Alfamart menyatakan telah menarik seluruh terompet berbahan sampul Al-Quran dari toko mereka. Ribuan terompet itu meresahkan masyarakat dan sebelumnya telah disita sebagian oleh polisi.
“Saat ini tidak ada lagi produk tersebut di toko kami,” kata Corporate Communication GM PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Nur Rachman, Selasa (29/12/2015).
Alfamart pun berjanji akan lebih berhati-hati memilih pasokan produk. Ribuan terompet berbahan sampul Al-Quran beredar di Jakarta, seperti di kawasan Glodok, Jakarta Barat.
Selain itu produk serupa juga beredar di berbagai kota di Jawa Tengah, seperti Kendal, Semarang, dan Wonogiri.
Jangan Terprovokasi
Majelis Ulama Indonesia dan Kepolisian Daerah Jawa Tengah meminta masyarakat tenang dan tidak terpancing dengan kasus penjualan terompet dari sampul Al-Quran.
“Jangan terprovokasi menilai itu perbuatan agama atau kelompok tertentu. Kondisi Jateng aman dan damai penuh toleransi,” kata Ketua MUI Jawa Tengah KH Ahmad Darodji.
Ia meminta masyarakat tak terburu-buru memberikan penilaian yang salah. MUI yakin polisi bisa menuntaskan kasus ini dengan cepat sehingga masyarakat tak jadi resah. “Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Ahmad.
Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di DPR, Jazuli Juwaini mendesak aparat Kepolisian RI menindak produsen terompet bersampul Al Quran. Ia khawatir kalau tidak segera ditindaklanjuti dikhawatirkan akan mengganggu kerukunan antarumat beragama.
“Kejadian ini jika tidak segera disikapi dengan tepat akan menganggu kerukunan antarumat beragama yang selama ini semakin baik,” katanya di Jakarta, Selasa (29/12).
Jazuli menjelaskan ada dua langkah yang harus tepat dan cepat dilakukan aparat kepolisian, yaitu men-“sweping” peredaran dan menghentikan produksi.
Menurut Jazuli, dirinya menghargai upaya kepolisian yang langsung turun tangan mengamankan terompet di 21 gerai toko swalayan (minimarket) di Kendal. Namun langkah itu harus lebih cepat mengamankan di tempat-tempat lain.
“Karena menurut informasi, sudah tersebar di kota-kota khususnya di Jawa Tengah, bahkan tidak menutup kemungkinan di luar Jawa Tengah,” ujarnya.
Dia mengatakan, langkah kedua yang harus dilakukan aparat kepolisian adalah mengusut tuntas dan menindak tegas produsennya melalui upaya penegakan hukum. Anggota Komisi III DPR itu menilai Kepolisian harus mengusut tuntas apa motif memproduksi terompet dengan bahan sampul Al Quran yang sangat dimuliakan umat Islam. “Jelas ini pelecehan dan sangat sensitif,” ucapnya, menegaskan.
Dia meragukan jika tidak ada unsur kesengajaan atas kejadian ini karena jumlah yang sudah beredar mencapai ribuan, dan bahkan sitaan Polda Jateng dari pabrik pembuatannya beratnya mencapai 2,3 ton terompet berbahan sampul Al Quran.
Dia berharap Kepolisian menindak tegas dan memproses hukum produsen dan pihak-pihak terkait karena tidak cukup hanya meminta maaf. “Jangan sampai polisi konsen mengamankan Natal, tapi dalam perayaan Natal tersebut terdapat indikasi pelecehan terhadap agama tertentu,” tukasnya.
Menurut dia, apabila kejadian itu dibiarkan, maka dikhawatirkan ada kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan untuk menimbulkan kegaduhan/kerusuhan sosial.
Jazuli juga meminta umat Islam agar tidak terpancing dan terprovokasi atas kejadian ini dan diharapkan proaktif melaporkan temuan penjualan terompet tersebut di lokasi masing-masing. “Serahkan semuanya kepada penegak hukum untuk memprosesnya dengan transparan dan adil,” ujarnya. (CNN)