pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Berita Daerah

FTS 2021 Dibuka Tuah Hidang, Meja Makan, Kain Umak dan Kayu Manis

111
×

FTS 2021 Dibuka Tuah Hidang, Meja Makan, Kain Umak dan Kayu Manis

Sebarkan artikel ini
IMG-20211110-WA0028
pemkab muba

PALEMBANG | Empat teater dari Jambi, Bengkulu dan Palembang akan tampil pada hari pertama Festival

Teater Sumatera [FTS] 2021 dengan tema “Sriwijaya dalam Jejak Rempah”, di Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Kamis [11/11/2021].

Pertunjukan yang dimulai pukul 11.00 WIB diawal dari penampilan Teater Tonggak.

Teater Tonggak dari Jambi akan menampilkan “Tuan Hidang yang Hilang” yang ditulis dan disutradarai Didin Siroz. Pertunjukan ini mengisahkan hilangnya tuah [berkah, kebahagiaan, keselamatan] dari keberadaan rempah-rempah di Nusantrara akibat ketamakan atau serakah manusia.

“Keseimbangan alam harus kita pertahankan untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia beserta mahluk lainnya. Jangan serakah karena rempah-rempah masih berlimpah. Ambil dan makanlah secukupnya. Biarkan ia hidup tumbuh subur di tanah leluhur. Jangan ribut jangan berebut, jangan sampai tanah bersimbah darah, karena akan kehilangan tuahnya,” kata Didin.

Setelah Teater Tonggak, Teater Senyawa dari Curup, Bengkulu, mementaskan “Meja Makan”. Pertunjukan yang naskahnya ditulis dan disutradarai Adhyra Pratama Irianto, mengisahkan tentang sebuah negeri yang kaya alamnya didatangi berbagai suku bangsa. Selain alamnya dikuras, mereka juga direndahkan oleh para pendatang tersebut.

Berbeda dari Teater Tonggak dan Teater Senyawa, Teater Ayunan Umak dari Palembang mencoba menarasikan nilai-nilai luhur masyarakat di wilayah Bukit Barisan, Sumatera dengan judul “Kain Umak”. Nilai-nilai tersebut tercemin dalam pemahaman “ibu bumi”, yang mana alam ibarat ibu yang merawat semua makhluk hidup.

“Namun, akibat kepentingan ekonomi dan politik, nilai-nilai luhur tersebut hilang,” kata Toton Dai Permana, penulis naskah dan sutradara.

Teater Ayunan Umak merupakan komunitas dari sejumlah pekerja seni di Palembang. Pada era 1980-1990-an, Toton dikenal sebagai pekerja teater yang banyak menelorkan naskah drama, baik dipentaskan di panggung maupun stasion televisi.

Terakhir, pertunjukan “Kayu Manis” oleh Studi Teater. Melalui pendekatan bahasa tubuh, pertunjukan yang disutradarai Dandi Rianto, mencoba menarasikan kayu manis, yang merupakan rempah awal yang dijadikan komoditas di Nusantara.

Selama ini kayu manis diyakini telah memakmurkan berbagai suku bangsa di Nusantara. Namun, melalui sajak T.Wijaya  [teks pertunjukan], dikisahkan adanya kesedihan dari kayu manis. “Saat kayu manis dimanfaatkan untuk kselarasan hidup manusia dengan alam, dia [kayu manis] bahagia. Tapi ketika kayu manisa dijadikan komoditas demi kepentingan ekonomi para penguasa atau pelaku usaha, dia [kayu manisa] sedih, berduka. Narasi kedukaan ini yang akan kami sajikan,” kata Dandi.(Romi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *