Palembang — Program Pascasarjana Peradaban Islam S3 UIN Raden Fatah Palembang kembali melahirkan doktor baru. Kali ini, giliran M. Saiyid Mahadhir yang berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Difusi Inovasi Ngaji Lagu pada Masyarakat Ogan Ilir Sumatera Selatan” dalam sidang terbuka promosi doktor yang digelar pada hari Selasa, 31 Oktober 2025.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Hamidah, M.Ag dengan promotor Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed, serta co-promotor Dr. Muhammad Noupal, M.A. Adapun tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Izomiddin, M.A, Prof. Dr. Muhajirin, M.Ag, Prof. Dr. Muhammad Adil, M.A, dan Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.
Dalam ujian tersebut, Saiyid berhasil menjelaskan dengan sangat sistematis gagasannya mengenai difusi inovasi Ngaji Lagu, hingga melahirkan teori baru yang ia beri nama Culture Resonance Theory of Nagham (CReToN).
Teori Baru: CReToN
Teori CReToN mengilustrasikan bagaimana Ngaji Lagu atau nagham al-Qur’an sebagai sistem kompleks dapat tumbuh, berkembang, dan berevolusi melalui berbagai saluran komunikasi hingga beresonansi dengan nilai-nilai budaya, sosial, dan keagamaan di masyarakat.
“Ngaji lagu, khususnya di Ogan Ilir, adalah pintu utama dari sekian banyak pintu penyebaran keilmuan dan tradisi Islam Melayu. Saking melekatnya budaya ini, masyarakat tetap melantunkan ngaji lagu meski dengan tajwid yang belum sempurna, karena bagi mereka yang penting adalah belagu. Ngaji lagu menjadi semacam ritual yang tidak boleh dilanggar dan telah terpatri dalam jiwa masyarakat Ogan Ilir,” ujar Saiyid dalam pidatonya.
Menurutnya, ngaji lagu bagi masyarakat Ogan Ilir memiliki fungsi sosial dan spiritual: sebagai penambah nuansa religius, penyampai dakwah lewat seni, simbol kemuliaan acara, serta penguat identitas keislaman masyarakat Melayu.
Proses Penelitian
Dalam penelitiannya, Saiyid mengumpulkan berbagai sumber sejarah (heuristic) di empat kecamatan: Indralaya Induk, Indralaya Utara, Indralaya Selatan, dan Tanjung Batu. Ia menelusuri buku, majalah, foto, hingga video, serta melakukan wawancara mendalam dengan para kiai, ustadz/ustadzah, guru ngaji lagu, dan tokoh masyarakat.
Hasil penelitiannya memberikan implikasi praktis bagi para difusor Ngaji Lagu agar dapat memaksimalkan penyebaran inovasi sesuai dengan fase, saluran komunikasi, serta faktor sosial yang berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat.
Dari Teori ke Aksi: Ngaji Lagu di “Kampung Ngajee”
Tidak berhenti di tataran akademik, Saiyid kini bersama dengan adiknya selaku Co-Founder Ngajee: Anas Roiyan, serta dua sahabatnya, Ahmad Huwazi dan Ahmad Mizuar, dalam proses membangun Kampung Ngajee — sebuah gerakan berbasis komunitas yang berfokus pada pengembangan pembelajaran keislaman Melayu, pembelajaran Al-Qur’an dan ngaji lagu secara inklusif dan kontekstual di pedesaan.
Melalui Kampung Ngajee, mereka berencana menghadirkan ruang belajar Al-Qur’an yang tidak hanya menekankan bacaan yang benar, tetapi juga keindahan irama, makna spiritual, dan keterhubungan budaya lokal.
“CReToN bukan hanya teori, tapi juga gerakan nyata. Kami ingin menghidupkan ngaji dan ngaji lagu sebagai budaya yang menyatukan ilmu, seni, dan spiritualitas,” ujar Saiyid.
Satu dari peserta sidang, Khuazi, yang hadir dalam promosi doktor tersebut, mengaku terkesan dengan penelitian Saiyid.
“Saya melihat ini bukan sekadar penelitian akademik, tapi cerminan dari cinta terhadap Al-Qur’an dan kebudayaan lokal. Teori CReToN yang beliau tawarkan bukan hanya mengurai fenomena ngaji lagu, tapi juga membuka jalan bagi pelestarian tradisi Islam Melayu yang adaptif dengan zaman,” ujarnya.
Dengan keberhasilannya meraih gelar Doktor Peradaban Islam, M. Saiyid Mahadhir tidak hanya menambah deretan akademisi yang lahir dari bumi Sumatera Selatan, tetapi juga memperkaya khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Melalui Ngaji Lagu dan Kampung Ngajee, Saiyid dan timnya bertekad menjadikan tradisi Qur’ani ini sebagai medium dakwah yang hidup, indah, dan membumi.














