Berita Daerah

Festival Kesenian PALI Kecewakan Pekerja Seni

121
SENI PALI

PALI I ‎Perhelatan Festival Budaya dan Kuliner yang digelar Dewan Kesenian PALI yang seharusya menjadi momentum kebangkitan seniman PALI justru membuat para seniman menjadi kecewa. Mulai dari konsep acara yang tidak jelas dan berubah-rubah.

Beberapa pekerja seni yang menjadi juara pun nyaris tidak diberikan kesempatan tampil. Padahal acara yang diadakan di Sanggar Pramuka Pendopo, 29-31 Desember itu menelan dana ratusan juta rupiah.

Salah satu pekerja seni yang kecewa adalah Arie, pembina sanggar tari asal Kecamatan Penukal. Anak asuhnya yang membawakan tari Ritus Candi Bumi Ayu justru tidak mendapatkan apresiasi apapun. Padahal tarian tersebut sempat ditampilkan pada Festival Tari FLS2N Tingkat Provinsi dan meraih Juara 2.

“Di festival ini justru dapat Juara 3. Okelah juara berapa pun gak masalah, tapi seharusnya anak-anak diberikan apresiasi biar semangat. Dari tiga yang tampil dimalam puncak, justru dhanya dua peserta yang diberikan apresiasi. Kasihan anak-anak merasa kecewa” kata Arie.

Selain Arie, nada kecewa juga di ungkapkan Ekho Dj, pekerja seni film. Film garapannya Pelorrism Berbagi‘ sudah diumumkan sebagai pemenang kategori film pendek sehari sebelum malam puncak. Namun, Ekho sangat kecewa saat mendapati film yang ditayangkan itu justru film lain. Menurut pengumuman panitia, film itu diproduksi salah satu panitia. Padahal berdasarkan pantauan wartawan film itu sangat tidak layak, mengingat sepanjang film gambarnya kabur dan pecah-pecah.

‎”Kita sudah siap-siap buat menyaksikan film kita, justru dibuat kecewa. Para pemain yang berjumlah 40 orang pun ikut kecewa” ujar Ekho.

Saking kesalnya, Ekho terpaksa membanting dan menghancurkan tropy yang diberikan panita sebagai juara 1 kategori film pendek. Tropy pun dibuangnya.

“Kita membuat karya bukan untuk mengejar piala atau gelar. Kita berkarya itu agar karya kita ditonton dan dinikmati‎ publik. Syukur-syukur pesan moral yang kita sampaikan melalui film bisa menggugah atau menginspirasi penonton” terang Ekho.

Kacaunya pelaksanaan acara ini juga mendapat sorotan dari Pemerhati Budaya asal Kabupaten PALI, Indra Setia Haris.

Pekerja teater dan film era 90-an ini, sangat menyayangkan kacaunya penyelenggaraan acara ini. “’Namanya juga festival dan apresiasi seni. Hasil karya seniman itu harus ditampilkan agar bisa diapresiasi penonton. Piala hanya simbol. Buat apa ada piala tapi karyanya tidak dinikmati penonton. Apa yang dilakukan pemenang film pendek sudah benar” terang Indra.

Lebih lanjut, Indra juga menyayangkan pemberian hadiah yang tidak jelas. Dimana kategori pemenang bukan berdasarkan bidang seni, melainkan didasarkan kategori komite. Seperti kategori Musik, antara musik dangdut dan pop dijadikan satu baik pria maupun wanita.

“Kan aneh, kalau penyanyi pria dan wanita baik pop maupun dangdut dijadikan satu. Penilaiannya menjadi bias. Saya dengar dewan juri juga tidak terima dengan pengkategorian pemenang seperti itu,” terangnya.

Menurut Indra, sudah seharusnya Dewan Kesenian Pali menjadi induk dari sanggar dan pekerja seni, bukan malah menimbulkan segudang kekecewaan yang berujung pada matinya kreatifitas seniman.

“Dewan Kesenian harusnya menjadi induk pekerja seni dan sanggar. Peserta festival pun harusnya perwakilan sanggar. Bukan perwakilan kecamatan seperti ini. Akibatnya, banyak peserta potensial yang tidak bisa ikut, karena tidak terpantau staf kecamatan. Klasifikasi lomba juga harus jelas, harus didsarkan genre musik atau genre seni. Agar penilaian tidak bias,” tambahnya.

Sementara itu, ketua Panitia Festival Kesenian Kab PALI, Habibi yang dihubungi wartawan tidak menampik bila dalam pelaksanaan acara tersebut masih banyak terjadi kekurangan. Mengingat ajang tersebut adalah ajang perdana sehingga masih butuh pembelajaran.

“Ini ajang perdana, sangat wajar bila masih ada kekurangan. Tapi akan kami jadikan masukan agar dalam event selanjutnya dapat berlangsung lebih baik lagi,” ujar Habibi yang juga sekretaris di salah satu SKPD Pemkab PALI itu.

Menyikapi keluhan pemenang kategori film pendek, Habibi berjanji akan memanggil pemenang untuk menelusuri apa yang sebenarnya terjadi. “Kepada saudara Ekho kami minta maaf, sebab mungkin saja terjadi kelalaian panitia,” ujarnya.

Habibi juga menegaskan bahwa acara tersebut bukanlah perlombaan melainkan pentas apresiasi seni. Dimana setiap karya dinilai dan berdasarkan kategori komite seni di Dewan Kesenian PALI diberikan apresiasi berbentuk penghargaan.

“Jadi tidak ada yang namanya juara 1 atau 2. Kita hanya memberikan apresiasi. Karena bukan lomba, makanya untuk kategori musik semua genre musik hanya satu yang diberikan apresiasi tanpa melihat latar belakang musiknya apakah dangdut, pop atau band,” tambahnya.  (Aras)

Exit mobile version