LENGKAP sudah jelaga intimidasi terhadap Kejaksaan Agung yang sedang mengusut kasus-kasus besar korupsi di negeri konoha. Salah satunya korupsi berjamaah timah Rp.271 triliun di provinsi Bangka Belitung.
Pertama penguntitan yang diduga dilakukan 2 oknum Densus 88 terhadap Jampdisus, Febrie Ardiansyah. Kedua aksi konvoi geber motor dan sirene kendaraan taktis diduga milik satuan Brimob yang hendak menerobos masuk ke Kejagung. Lalu ketiga munculnya drone asing mengitari langit gedung kejagung. Terbaru situs kejagung dihacker dengan tulisan “maaf aku hack”
Ada apa dengah Polri sampai sekarang belum keluar satu kalimat pun untuk klarifikasi terkait intimidasi sesama penegak hukum.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Purnomo masih bungkam termasuk Divisi Humas Polri satu kata tak ingin bersuara.
Fakta pun tak bisa dibantah. Bahwa sekelas Kejaksaan Agung bisa diintimidasi apalagi kita sebagai rakyat kecil. Apakah Kejaksaan Agung akan tetap on the track pasca terus menerus diintimidasi.
Terang sudah, oknum Densus 88 Anti Teror yang harusnya mengurusi terorisme seperti Noordin M Top maupun Amrozi. Terang-terangan, serampangan, gambang nian ikut-ikutan mengurusi kasus korupsi.
Heeem. Tertangkapnya salah satu oknum Densus 88 berinisial IM betapa menunjukkan sarat akan kepentingan suruhan orang hebat terkait kasus besar yang sedang ditangani Kejagung.
Apapun itu, ulah oknum Densus 88 dikategorikan pelanggaran berat. Betapa buruk, betapa brutalnya aksi konvoi yang dikomandoi seorang polisi berpangkat Bripda.
Apalagi mencuat nama jenderal bintang 4 purnawirawan dalam pusaran korupsi Timah.
Apakah karena ada oknum yang merasa gerah? Atau apa motif dibalik serangkaian “teror” tersebut? Hal ini harus diusut tuntas dan diungkap ke publik agar publik tidak berspekulasi.
Apakah karena ada oknum yang merasa gerahah? Atau apa motif dibalik serangkaian “teror” tersebut? Hal ini harus diusut tuntas dan diungkap ke publik agar publik tidak berspekulasi.
Tak salah, sangat benar, jika dunia media sosial seperti netizen, masyarakat sipil, aktivis maupun orang-orang yang masih mengedepankan sikap lawan orang-orang yang akan mengkerdilkan Kejagung. Intimidasi terhadap lembaga penegak hukum adalah racun mematikan bagi keadilan dan pantang dibiarkan.
Bagimana kita bisa menggantungkan asa kepada penegak hukum jika sesama penegak hukum saling “senggol” dan penuh dengan drama sinetron.
” Memang agak unik, jikala Kejagung masih berkerja membongkar ada dugaan tindak pidana korupsi IUP PT Timah Tbk, ada tindakan-tindakan yang tidak lazim. Maka wajar publik bertanya ada apa dibalik intimidasi. Intinya ada yang tidak baik-baik saja. Namum kami yakin Kejagung buka intitusi yang lemah dan penakut. Jadi kalau hanya sekedar iring-iringan atau konvoi-konvoi kami pikir cemen,” tegas Iskandar Sitorus, Ketua DPP Indonesia Audit Watch dalam sebuah wawancara dengan media.
Iskandar Sitorus berujar, aksi yang terjadi di Kejagung diharapkannya adalah ulah oknum saja. ” Pedagang-pedagang yang di sekitar Kejagung khususnya di pintu belakang menganggap aneh. Tapi apapun itu kami minta, siapapun pimpinan institusi uang yang diasumsikan adalah itu oknum. kami harap institusi kepolisian menghentikan ulah oknum itu.
Rasa penasaran terhadap apa dan apa pelaku konvoi tak lazim itupun menciptakan rantai pertanyaan panjang. Mungkinkah konvoi ini merupakan bagian dari disign yang mendistorsi kinerja Kejagung dalam menangani kasus korupsi PT Timah.
Jika benar demikian, lantas siapa aktor dan dalang di balik konvoi mencurigakan itu. Semoga pihak kepolisian segera mengambil langkah cepat dan tegas agar tak terjadi gesekan antar lembaga penegak hukum
Penulis : Mad Doni (Wartawan Berita Musi)