Palembang | Perang dingin terjadi dalam Debat Kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Ogan Ilir tahap 2 yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Santika Premiere kota Palembang, Rabu (25/11).
Dua Paslon dalam debat kali ini saling memberikan pertanyaan dengan sentilan Visi Misi yang dinilai tidak efektif untuk mensejahterakan masyarakat.
Seperti yang diutarakan, Pasangan Nomor Urut 01 Panca Wijaya Akbar Sebagai Calon Bupati berpasangan dengan H. Ardani sebagai Calon Wakil Bupati mengatakan jika Fakta yang mereka temukan di lapangan kalau banyak desa – desa pelosok di Kabupaten OI itu kekurangan tenaga pengajar.
Dicontohkan Panca, seperti di Desa Tanjung Temiang Kecamatan Rambang Kuang di temui jika hanya ada 3 Guru Honorer yang menjadi tenaga pengajar.
Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran tim cek fakta beritamusi.co.id data yang telah didapatkan di Desa Tanjung Temiang Kabupaten Ogan Ilir, hanya memiliki satu Sekolah Dasar Negeri yaitu SD Negeri 12 Desa Tanjung Temiang.
Dalam sekolah dasar tersebut terdapat 15 guru dengan jumlah siswa laki-laki 150 dan siswa perempuan 126. Hal ini berbanding jauh dengan statement yang diungkapkan oleh panca bahwa jika hanya ada 3 Guru honorer yang menjadi tenaga pengajar. http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/702B7195-2BF5-E011-BAFD-EB24A0A2AD9C
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 pasal 2 ayat 2 point 5 setiap SD /MI dianjurkan memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 orang guru untuk satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus (daerah terpencil) 4 orang guru setiap satuan pendidikan. http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/vervalpp/formula.php#:~:text=%22Setiap%20SD%2FMI%20tersedia%201,(2)%20poin%205
Jadi dengan dua data yang didapati ini menunjukan bahwa SD Negeri 12 Tanjung Temiang kabupaten Ogan Ilir memiliki jumlah guru yang jauh melebihi kuota siswanya dengan 15 guru dan total 276 Siswa/siswi.
Sedangkan menurut Pengamat Pendidikan Sumsel Indra Charismiadji mengatakan, dalam kajian akademisi kualitas pendidikan itu terletak pada guru. Idealnya, dalam satu kelas yang berjumlah 32 siswa harus ada satu guru kelas. “Jadi kalau dalam satu sekolah terdapat 320 siswa, maka harus ada minimal ada 10 guru,” ujarnya saat diwawancarai via telepon, Rabu (25/11/2020).
Lebih lanjut dia menuturkan, faktanya saat ini perbandingan jumlah guru dan siswa adalah 1:16. Namun masalahnya saat ini, adalah guru banyak bertugas di kota. “Masalahnya adalah guru tidak mau ditempatkan di daerah terpencil,” ucapnya.
“Harus ada peran Kepala daerah dan Dinas Pendidikan dalam pemerataan distribusian guru. Mereka tidak bisa lepas tangan, karena kewenangan ada ditangan mereka dalam pendistribusian guru,” tambah Indra.
Indra menghimbau agar Kepala daerah memetakan jumlah guru yang ada di daerahnya, termasuk jumlah sekolah. Sehingga dapat dipetakan apakah jumlah guru kurang atau malah berlebih.
“Tidak masalah dalam satu sekolah tidak ada ASN. Karena jika memang kekurangan guru ASN, maka kepala daerah dapat mengangkat tenaga honorer,” tandasnya.(mirna)