JAKARTA I Organisasi sayap keagamaan PDIP, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) membela partai berlogo banteng itu dari tudingan komunisme yang mencuat setelah rancangan undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menjadi sorotan publik.
Sekretaris Umum Bamusi Nasyirul Falah Amru membantah PDIP memperjuangkan ideologi komunisme. Dia menjelaskan selama ini PDIP juga memperjuangkan aspirasi umat Islam.
“Sangat tidak masuk akal bila PDI Perjuangan disebut komunis yang ciri utamanya adalah ateis. Sebab, seluruh kader PDI Perjuangan itu beragama,” kata Falah lewat keterangan tertulis, Jumat (26/6).
Gus Falah, sapaan akrabnya, menyebut keberpihakan PIDP kepada umat Islan tercermin dari pendirian Bamusi pada 2007. Selain itu, PDIP selalu menggelar perayaan hari raya keagamaan.
PDIP juga mendirikan musala dan masjid hampir di setiap kantor mereka. Bahkan Kantor DPP PDIP di Jakarta, kata dia, memiliki Masjid At-Taufieq.
“Seluruh fakta yang ada menunjukkan PDI Perjuangan sama sekali bukan komunis. Sehingga para pihak yang selalu menuduh PDI Perjuangan sebagai komunis itu, mungkin ‘salah minum obat’,” katanya.
Falah berkata bisa saja pihaknya turun tangan merespons fitnah soal komunisme dan pembakaram bendera. Namun mereka memilih untuk mengikuti instruksi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Kami bukan takut. Kami bisa saja bertindak keras, tapi Ibu Megawati dan PDI Perjuangan lebih cinta damai dan menghormati hukum,” tuturnya.
Sebelumnya, aksi penolakan terhadap RUU HIP terus berlanjut. Sejumlah ormas Islan yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Komunisme menggelar unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (26/6).
Dalam aksinya, mereka mendesak DPR mencabut RUU HIP karena dinilai menjadi pintu kebangkitan komunisme. Massa aksi menuding PDIP sebagai inisiator RUU.
Sejumlah orang dalam aksi itu pun membakar bendera palu arit khas PKI dan bendera PDIP. Aksi itu berujung pelaporan ke kepolisian oleh sejumlah kader PDIP. (*)
Sumber: cnnindonesia.com