pemkab muba pemkab muba
Sastra&Budaya

Ayunan Umak, dari Kain Masa Lalu

184
×

Ayunan Umak, dari Kain Masa Lalu

Sebarkan artikel ini
Ayunan Umak
pemkab muba pemkab muba

“Ayunan umak adalah sekedar kain masa lalu, mencari cari angin bagi mata bocahmu, menuju peraduan, menuju mimpi masa depan atau serupa simpul kasih sayang, dari sebuah tradisi di bawah lindapnya beranda rumah dan pohon pohon, yang daun-daunannya mengiringi langkah kesilmu, senantiasa menjagamu dari bencana.”

Sastrawan dan pekerja teater Toton Dai Permana dalam Festival Teater Sumatera [FTS] 2021, yang berlangsung di Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, akan menampilkan karya terbarunya berjudul “Ayunan Umak”.

“Karya ini mencoba mengangkat kesadaran masyarakat adat di wilayah Bukit Barisan, yang sangat menjaga keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Proses keseimbangan tersebut diibatkan ‘ayunan umak’ yang artinya ayunan ibu,” kata Toton Dai Permana.

Dijelaskan Toton, lanskap Bukit Barisan dari masa lalu hingga hari ini terus menyediakan berbagai rempah. “Rempah-rempah ini melahirkan peradaban di Pulau Sumatera. Catatannya sejarahnya, bukan hanya kebahagiaan, juga kedukaan, dan harapan,” kata Toton.

Sejak 1983, Toton Dai Permana dikenal sebagai sutradara dan penulis naskah drama. Bersama Teater 707, dia mementaskan karyanya di panggung maupun Stasion TVRI Palembang [Sumatera Selatan]. Dia juga menulis puisi dan novel. Novel “Angin” diluncurkannya pada 2010 lalu.

Pada pertunjukan “Ayunan Umak”, dia memproduksinya bersama komunitas yang diberi nama yang sama, “Ayunan Umak”. Komunitas ini terdiri dari sejumlah pekerja teater, tari, dan musik di Palembang, seperti Salwa Pratiwi, Reza Adesti, Bella Oktarina, Nur Hanifah, Tamaran Yustitia Balqis, Hasan, dan Silosiswanto. (Romi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *