Hal tersebut dikatakan General Manager PTPN VII Cintamanis Ir H Syukur HK didampingi Humas H Abdul Hamid didampingi Asisten Umum Kharisma dan Asisten Kepala Rayon 4 Isnain.
Menurut dia, sebagai bentuk antisipasi dan minimalisir kebakaran lahan seluas 22ribu ha, PTPN VII Cintamanis menerapkan teknologi zero burning sejak April lalu. Penerapan teknik tersebut juga meningkatkan unsur hara tanah sehingga tingkat kesuburannya tinggi
Dia melanjutkan, dalam setiap ha dihasilkan 25_30ton daduk (sampah tebu) tanpa bakar, ada beberapa tahapan yang ditempuh saat hendak melakukan proses zero burning, yaitu pertama tahapan panen kemudian menggunakan traktor discflow dengan cara membongkar tanah untuk membersihkan ratun.
Setelah dihancurkan kemudian dicacah menggunakan stuble shafer, lalu tahapan dischcooltifikasi yaitu perawatan tanaman menggunakan piringan, selanjutnya tanah diratakan kemudian tumpukan daduk di serak. Selanjutnya penyiraman nitrogen atau urea cair sebanyak 5kg per ha sehingga sampah tercampur dengan mikroba untuk berubah menjadi humus, selanjutnya tebu dapat tumbuh subur
“Pemerintah memang melarang pembakaran lahan karena itu kita menggunakan teknologi ini. Memang costnya relatif tinggi namun kita dapat menghasilkan tebu organik yang berkualitas. Kita targetkan tahun ini tercapai produksi gula 61ributon,”ujarnya kemarin.
Dia menambahkan bahwa pengelolaan sampah tebu atau daduk tersebut merupakan hasil belajar ke Australia dan Brasil, pada tahun 2015 dengan cara memodifikasi alat
“Alhamdulillah pengelolaan lahan menjadi base prestice di tingkat nasional untuj pengelolaan sampah perkebunan tebu. zero burning berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah, menambah bahan organik untuk menyuburkan tanah. Bahkan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan sudah disiapkan peralatan, mobil pemadam dan petugas pmk. Yang jelas kita berkomitmen pada pertanian yang berwawasan lingkungan, selain meningkatkan produksi gula yang berkualitas,”katanya. (HN)