pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Waspadai Detak Jantung Meningkat Saat Sedang Tak Berkegiatan

76
×

Waspadai Detak Jantung Meningkat Saat Sedang Tak Berkegiatan

Sebarkan artikel ini
alkes
pemkab muba

JAKARTA I Detak jantung tiap orang dewasa rata-rata sama. Saat diam detaknya mencapai 60-100 kali permenit. Di bawah itu tentu dianggap sehat, bukan?

Banyak pakar juga sepakat, orang yang detak jantung saat diamnya rendah biasanya lebih sehat dan lebih bugar. Akan tetapi temuan terbaru dari peneliti China justru mengatakan detak jantung saat diam (resting heart rate) dapat menjadi penentu risiko mati muda.

Bagaimana bisa begitu? Sang peneliti, Dr Dongfeng Zhang dan timnya memperoleh kesimpulan ini setelah menganalisis 46 studi yang melibatkan kurang lebih 1,2 juta pasien selama 21 tahun. Total 78.349 dari mereka meninggal studi karena berbagai sebab saat studi berlangsung. 25.800 kematian di antaranya diakibatkan penyakit jantung.

Dari situ peneliti menemukan keterkaitan antara peningkatan detak jantung saat diam dengan risiko kematian dini. Namun risiko ini hanya akan muncul bila detak jantung seseorang saat diam tiba-tiba meningkat sebesar 9 persen atau ekstra 10 kali detakan per menitnya (bpm).

Peneliti berkesimpulan, mereka yang detak jantung saat diamnya lebih dari 80 bpm berisiko 45 persen lebih besar mengalami kematian dini daripada yang detaknya 60-80 bpm saja.

Meski begitu, mereka yang detak jantung saat diamnya mencapai 60-80 bpm masih berisiko mengalami kematian dini karena berbagai sebab, walaupun risikonya hanya 21 persen. Dan ketika detak jantung seseorang mencapai 90 bpm saat diam, maka risiko kematian dini itu akan otomatis menjadi dua kali lipat.

Ironisnya, Zhang menemukan keterkaitan antara peningkatan detak jantung saat diam dengan risiko kematian dini ini bisa terjadi pada siapapun, meski yang bersangkutan tidak memiliki risiko gangguan jantung.

“Memang bukti yang ada tidak menyebutkan bahwa kenaikan detak jantung saat diam sebagai faktor risiko (kematian dini), tapi ini dipastikan sebagai penanda status kesehatan yang buruk,” terang Zhang dari Medical College of Qingdao University, seperti dikutip dari Telegraph, Sabtu (28/11/2015).

Lagipula, lanjut Zhang, secara garis besar risiko kematian dini yang ditimbulkan kondisi ini masih tergolong kecil. Namun Zhang berpesan, bagi mereka yang penasaran dengan risiko tersebut, disarankan untuk melakukan pengukuran di malam hari saja, karena di saat itulah kondisi tubuh manusia sedang rileks-rileksnya. (detikcom)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *