PANGKALPINANG – Kepulauan Bangka Belitung begitu beruntung karena dianugerahi banyak komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah tanaman sagu. Komoditi ini akan menjadi peluang besar bagi Babel untuk menyejahterakan masyarakatnya.
Sagu menjadi tanaman tahunan di Babel, bahkan sagu merupakan tanaman hutan walaupun Program Kementerian Pertanian RI menyatakan bahwa sagu merupakan tanaman perkebunan yang masuk kelompok palem-paleman dan di Indonesia Timur, pengembangan sagu sangat pesat dan berkembang.
Saat ini Babel memiliki satu pabrik sagu yaitu PT Bangka Asindo Agri yang terletak di Desa Kenanga, Kabupaten Bangka. Produk utama pabrik ini adalah tepung tapioka dan memiliki unit mesin yang bisa mengelola batang sagu menjadi tepung.
Poduksi tepung sagu sudah cukup lama dilakukan oleh PT. Bangka Asindo Agri dengan bahan baku berasal daripetani daerah yang saat ini masih didapat dari kebun atau hutan sagu yang tersebar hampir di seluruh wilayah Babel.
Di Babel, pohon sagu ini sebenarnya sudah mengendemik (berkembang dengan cepat) dan sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Banyak produk khas Babel yang dihasilkan dari sagu seperti kerupuk getas, kue rintak, kue semprong dan sebagainya yang berbahan dasar sagu.
Menurut pengamatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel (PKP Babel), sagu tumbuh di hampir semua wilayah Babel, pada lahan berair atau rawa. Bahkan, kecenderungan pohon sagu ini tumbuh disekitar pemukiman masyarakat. Namun, sagu paling banyak tumbuh di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah.
“Ke depan, kami berencana untuk pengembangan sagu di awali dengan pembuatan kebun bibit. Sebenarnya jika tidak terjadi pandemi, seharusnya tahun ini sudah terbangun kebun bibit seluas dua hektar,” ungkap Juaidi, Kadis PKP Babel.
Lebih lanjut, kebun bibit ini sebenarnya akan dikembangkan untuk menghasilkan bibit agar dapat dibudi daya di beberapa kawasan yang memiliki potensi. Diketahui, sagu dapat tumbuh pada lahan eks tambang timah. Pihaknya berencana untuk tanaman sagu dikembangkan menjadi tanaman reklamasi lahan eks penambangan ini.
“Jika dapat dilakukan, hal ini sangat baik sekali, karena lahan tambang harus dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman produktif yang bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Tanaman sagu hanya perlu ditanam satu kali kemudian akan dengan mudah beranak pinak, hanya saja perlu dilakukan pemisahan anakan, layaknya pohon pisang. Jika pengelolaan sagu ditata ulang, dikembangkan, dan dibudi daya dengan baik, maka ke depan Babel dapat menjadi sentra sagu.
“Kita masih sangat berharap, tahun depan melalui kementerian pertanian, pengembangan sagu bisa dilakukan secara masif. Harapannya, apapun komoditi pertanian kita, pengembangannya harus berawal dari bibit yang tersedia di tingkat lokal dan berumur pendek,” pungkasnya. (Doni)