Agri Farming

Sebulan Kami Mampu Produksi 50 Ton Pupuk Organik

99
abfcaa1e-2bb3-4fad-ba21-d1de2b13e70a-mobile

Limapuluh Kota – Pertanian Organik telah mampu menjaga kelestarian alam dan menghasilkan komoditas yang sehat. Salah satu yang telah sukses melakukannya adalah Kelompok Tani Sehati asal Nagari Batu Puyuang Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat.

Kelompok tani yang mendapat dukungan penuh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Bukittinggi dalam penerapan tehnologi budidaya organik ini ternyata menggeluti usaha organik dari 2010.

Bahkan menjadi salah satu penggerak para petani organik di Kabupaten Lima puluh kota. KT Sehati beranggotakan 20 orang ini pun sudah menikmati hasil usaha organiknya.

“Dengan mengelola 70 ekor sapi, kelompok tani kami mampu memproduksi pupuk organik 50 ton per bulan, bahan dasarnya diperoleh dari kotoran sapi. Tiap hari kotoran sapi mencapai 1,5 ton perhari,” ucap Dewi, sang Ketua KT Sehati.

Bahkan hingga aat ini mereka kewalahan memenuhi permintaan pupuk organik yang mereka pasarkan ke kabupaten sekitarnya bahkan sampai ke Propinsi Riau.

Dari sapi-sapi tersebut mereka dapat mengumpulkan 350 liter urine sapi yang mereka gunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik.

Di samping itu seluruh anggota kelompok tani ini telah memiliki sarana pengolahan biogas sederhana untuk mengubah kotoran sapi menjadi biogas, didapur mereka.

Dengan lahan 1.000 meter persegi yang dimiliki kelompok tani ini, pertanaman cabainya mampu mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Mereka menanam cabai varietas Kopay, yang harganya mencapai Rp 50.000 per kg.

“Kami membuat benih sendiri dari seleksi tanaman yang baik. Nilai penjualan cabai dari lahan seluas 1.000 meter persegi mendapatkan Rp 83 juta, selama 10 bulan masa panen”, lanjut Dewi.

Untuk memanfaatkan lahan seoptimal mungkin, mereka juga menanam bawang merah diantara tanaman cabainya secara tumpangsari.

Dengan modal benih sebanyak 15 kg, mereka dapat menghasilkan keuntungan bawang merah Rp 14,5 juta dalam dua bulan.

Selain bertanam bawang merah dan cabai, Kelompok tani ini juga menanam sayuran lainnya yang sudah mereka jalani selama 8 tahun. Semua benih mereka buat sendiri dari seleksi tanaman yang terbaik.

Pupuk organik yang mereka butuhkan diproduksi sendiri dari ternak sapi yang mereka miliki. Demikian juga dengan kebutuhan pestisida nabati, mereka memproduksinya secara mandiri dengan meramu MOL (mikroOrganisme Lokal) dan tanaman perdu dan semak yang cukup tersedia di lahan pekarangan dan kebun mereka.

Kepala BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Barat Suardi menyampaikan kesiapannya dalam mendukung dan mengawal kelompok tani Sehati sampai proses sertifikasi organik yang akan dilakukan pada awal 2019.

Keberhasilan KT Sehati menjadi penggerak pertanaman organik juga diapresiasi oleh Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf.

“Saya sangat mengapresiasi kelompok ini atas kesungguhannya menerapkan budidaya organik hortikultura. Saya juga berhaeap Dinas Pertanian gerus memgawal dan mengajak lebih banyak petani yang mengembangkan pertanaman organik,” harapnya.

Karena pertanian organik ridak hanya  bertujuan menghasilkan produk yang sehat, menjaga kelestarian lingkjnvan dan meningkatkan kesejahteraan petani. (SIT)

Exit mobile version