Agri Farming

Saatnya Mengolah Limbah Rumah Tangga Jadi Pakan Ikan

151
086019600_1614078672-IMG-20210223-WA0011

JATINANGOR – Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran, Yuli Andriani, menggelar penelitian mengolah limbah organik menjadi pakan ikan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya dari limbah rumah makan di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

“Kegiatan rumah makan, khususnya, menjadi perhatian khusus bagi saya karena menghasilkan limbah yang banyak per hari,” kata Yuli.

Berdasarkan pengumpulan data tahun 2018-2019, diketahui setidaknya terdapat 150 kilogram sampah organik perhari dari 50 rumah makan di kawasan Jatinangor. Jumlah sampah sebanyak itu berpotensi mencemari lingkungan.

“Berbekal informasi tersebut, saya memiliki ide bagaimana bila limbah yang melimpah itu diolah menjadi pakan ikan,” ujar Yuli.

Menurut Yuli, sebagian besar bahan pakannya adalah nasi (karbohidrat), sayuran, dan tulang. Untuk meningkatkan nilai gizinya, pengolahan limbah dengan menggunakan teknik fermentasi.

Hasilnya pun telah diujicobakan pada berbagai jenis ikan untuk melihat kesesuaian penggunaan pakan ikan yang dihasilkan.

Adapun limbah yang diambil untuk penelitian ini berasal dari 10 rumah makan sunda di kawasan Jatinangor. Rumah makan yang menyajikan makanan dengan banyak santan dan bumbu pekat tidak disertakan dalam penelitian ini karena akan berpengaruh pada proses pengolahan awal dan kandungan lemak yang terlalu tinggi.

Yuli mengatakan, lemak adalah komponen nutrisi yang harus dikurangi dalam pakan ikan karena memiliki energi yang besar dan dapat menyebabkan bau tengik selama penyimpanan.

“Syarat limbah adalah limbah yang masih segar, diambil harian, sehingga mencegah kontaminasi mikroorganisme patogen. Limbah disortir, dibersihkan dan difermentasi menggunakan probiotik dengan inkubasi selama 7 hari,” kata Yuli.

Hasil fermentasi dari bahan tersebut kemudian dikeringkan dan dibuat tepung. Selanjutnya, tepung ini diformulasikan dengan bahan pakan lain sehingga kandungan proteinnya sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan dibudidayakan.

Menurut Yuli, produk pakan yang diolah dengan teknik fermentasi ini memiliki nilai nutrisi yang baik karena mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi akan meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar dalam bahan.

Selain itu, produk ini dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Karena sebelumnya telah diolah atau dimasak, limbah rumah makan memiliki struktur yang sederhana untuk dicerna ikan.

Proses fermentasi pun akan lebih lanjut menguraikan ikatan-ikatan kompleks dalam limbah, sehingga kecernaannya akan semakin meningkat.

Produk ini juga dinilai dapat menjadi sumber pakan yang murah dan ekonomis karena berbasis pemanfaatan limbah yang tidak digunakan lagi oleh manusia.

“Pakan berbasis pemanfaatan limbah rumah makan cocok diberikan pada jenis-jenis ikan yang memiliki rentang toleransi yang tinggi terhadap variasi jenis pakan, misalnya jenis-jenis ikan omnivora seperti ikan lele, ikan nila,  dan akan diujikan juga pada ikan mas, gurame, dan patin,” kata Yuli.

Yuli berharap hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Ke depannya, kata Yuli, tidak tertutup kemungkinan penelitian ini dimanfaatkan lebih jauh dalam bidang lain seperti untuk kompos ataupun biogas.

“Dengan mengembangkan konsep pemanfaatan seperti ini, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan keuntungan secara ekonomis namun juga membantu meringankan beban lingkungan dari pencemaran akibat limbah domestik atau sisa makanan,” katanya. (Int)

Exit mobile version