JAKARTA I Kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan, 16-18 Mei lalu, menghasilkan tujuh kesepakatan lintas sektor, yang ditandatangani bersama dengan Presiden Park Geun-hye. Tiga di antara tujuh kesepakatan tersebut terkait langsung dengan bidang perekonomian yaitu bidang maritim, industri kreatif, dan Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK).
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, sebanyak 500 pengusaha Korsel sangat antusias menghadiri forum bisnis. “Dari hasil business deal yang dihasilkan adalah sebesar US$18 miliar. Presiden mengupayakan ekonomi Indonesia yang terbuka dan kompetitif,” ujar Retno di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, hari ini, Sabtu (21/5).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, selain bertemu 500 pengusaha dalam business forum, pemerintah Indonesia juga melakukan pertemuan terbatas melalui business luncheon dengan sejumlah pengusaha Korsel yang sudah menjalankan bisnis dan baru akan memulai menjajaki Indonesia.
“Ada pertemuan one on one dengan Lotte yang sudah punya supermarket di sini. Mereka mau masuk ke petrokimia. Ternyata Lotte adalah grup bisnis yang luas sekali, ada perhotelan dan petrokimia,” kata Darmin di Bandara Halim.
Lotte Co Ltd merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang dikenal di Indonesia karena memiliki sejumlah gerai ritel modern Lotte. Pada tahun 2015, Lotte telah memiliki 39 pusat perbelanjaan yang terdiri dari dua gerai supermarket, 13 gerai hypermarket, dan 24 gerai wholesale.
Di bidang petrokimia, Lotte akan masuk ke Indonesia melalui Lotte Chemical, industri petrokimia hulu (integrated naphta cracker project), dengan perkiraan nilai investasi lebih dari US$4 miliar. Kesepakatan itu merupakan satu dari sembilan kesepakatan bisnis senilai total US$18 miliar.
Produk Besi dan Baja
Selain itu, lanjut Darwin, ada pembahasan lebih lanjut mengenai kesepakatan kerja sama antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan POSCO. POSCO adalah perusahaan Korsel yang ingin melakukan ekspansi untuk memproduksi 10 juta ton steel cluster (baja) lewat nota kesepahaman dengan Krakatau Steel.
“Memang Indonesia sangat membutuhkan produk besi baja dalam waktu dekat. Anda semua tahu, pemerintah dalam membangun pembangkit listrik perlu juga membangun transmisi sepanjang 43 ribu km dan pasti memerlukan besi dan baja,” tutur Darmin.
Sebagaimana dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Presiden Jokowi bertemu CEO POSCO, Kwon Ohjoon pada 16 Mei lalu. Jokowi menyambut baik nota kesepahaman Krakatau Steel dengan POSCO yang ditandatangani pada 12 Mei. POSCO merupakan salah satu perusahaan pembuat baja terbesar di dunia.
Menlu Retno mengatakan, inti kerja sama dengan POSCO adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor baja karena lebih dari 50 persen baja masih diimpor.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan, kerja sama dengan POSCO merupakan Government to Government level pada tahun sekitar 2013-2012. Saat ini, harga baja disebut membaik sementara suplai dari China berkurang.
“Sekitar bulan Agustus harapannya sudah groundbreaking untuk perluasan yang kedua. Dan diharapkan sampai 2019 sudah bisa memproduksi sekitar 6 juta ton, 5-6 juta ton,” kata Franky.
Sementara itu, empat sektor lain yang ada dalam kesepakatan dengan Korea Selatan yaitu bidang olahraga, geospasial (terkait kenampakan bumi), restorasi lahan gambut, dan pemberantasan korupsi. (CNN)