Ekonomi & Bisnis

PT Unilever Indonesia Tbk. Catat Penjualan 36.5 Triliun Rupiah pada 2015

95
unilever
Perseroan terus membukukan pertumbuhan positif di tengah kondisi perekonomian yang penuh tantangan dan daya beli konsumen yang melemah di 2015

JAKARTA I  Di tengah kondisi perekonomian makro di Indonesia yang masih melambat di 2015, Perseroan berhasil meraih pertumbuhan penjualan sebesar 5.7% menjadi 36.5 triliun rupiah dan laba bersih tumbuh sebesar 2 persen (sebelum restatement) menjadi 5.85 triliun rupiah. Perseroan pun berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di hampir semua kategori. Demikian pengumuman kinerja yang disiarkan oleh Perseroan hari ini (30 Maret).

Direktur Governance & Corporate Affairs dan Sekretaris Perusahaan Sancoyo Antarikso mengatakan, “Pertumbuhan penjualan Perseroan yang tercatat single-digit di 2015 sangat dipengaruhi oleh kondisi makro-ekonomi Indonesia yang masih belum kondusif.  Pertumbuhan GDP Indonesia yang melemah, yakni 4.8%, menyebabkan turunnya konsumsi masyarakat selama 2015. Namun, Perseroan tetap berhasil membukukan pertumbuhan penjualan dalam negeri sebesar 6.6% pada tahun 2015. Namun, karena ada penurunan penjualan untuk ekspor, secara keseluruhan total pertumbuhan penjualan ditutup di 5.7%, yang tetap positif.” 

Kendati kondisi perekonomian mulai menunjukkan perbaikan di kuartal 3 2015, Rupiah mengalami depresiasi pada pertengahan tahun, hingga mencapai nilai terendah pada Rp. 14,697. “Hal ini menjadi tantangan besar bagi Perseroan, karena sekitar 55% dari input costs kami berkaitan dengan hard currencies. “

Selama 2015, Sancoyo lebih jauh menjelaskan, Direksi Perseroan tetap meneguhkan fokus pada eksekusi dan efisiensi di seluruh lini operasi, yang membuahkan peningkatan gross margin dan pertumbuhan laba bersih sebesar 2%, yang merupakan pembukuan sebelum restatement, sebagai dampak diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK 24 – revisi 2013) oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

PSAK baru ini, yang berlaku efektif 1 Januari 2015, mengatur tentang perlakuan akuntansi atas Imbalan Kerja. Dengan adanya perubahan asumsi Perseroan dalam manfaat dan metode pengakuan imbalan kerja, maka Perseroan harus menyajikan kembali laporan keuangan per 31 Desember 2014, sebagai bentuk penyajian komparatif terhadap laporan keuangan per 31 Desember 2015. Penyajian kembali ini menyebabkan dibukukannya kenaikan laba dan penghasilan komprehensif lain yang dilaporkan Perseroan per 31 Desember 2014.

Tantangan ekonomi sepanjang 2015 tidak menyurutkan komitmen Perseroan untuk tetap menggiatkan investasi di sepanjang rantai nilai guna mempertahankan posisi unggul Perseroan. Salah satu inisiatif utama yang dieksekusi pada 2015 adalah pembukaan pabrik bumbu masak yang baru di Cikarang, yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian pada Agustus 2015.  Peluncuran  pabrik seluas 6,2 ha  dengan teknologi tinggi ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan bisnis pangan Perseoan dalam  jangka panjang. Pabrik ini juga memiliki disain ramah lingkungan dan mendapatkan penghargaan Silver Certificate for Leadership in Energy dan Environmental Design (LEED) dari U.S. Green Building Council.

Tahun 2016 akan disikapi Perseroan secara optimis namun tetap berhati-hati. Dalam 12 bulan ke depan, papar Sancoyo, kinerja Perseroan akan sangat tergantung pada kekuatan portofolionya. “Kami akan tak henti-hentinya berfokus untuk memahami Konsumen, menganalisis pergeseran perilaku dan preferensi mereka, untuk dapat mengembangkan inovasi yang secara jitu menjawab kebutuhan mereka,” tutup Sancoyo. (realis)

Exit mobile version