pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Potret Nyata Pengelolaan Sampah Terpadu di Desa BRILiaN Jatihurip Tasikmalaya

130
×

Potret Nyata Pengelolaan Sampah Terpadu di Desa BRILiaN Jatihurip Tasikmalaya

Sebarkan artikel ini
Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), BRI berinisiatif membantu mengatasi masalah sampah melalui program “BRI Peduli
pemkab muba pemkab muba

Beritamusi.co.id – Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), BRI berinisiatif membantu mengatasi masalah sampah melalui program “BRI Peduli Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)” yang terintegrasi dengan program-program BRI lainnya. 

Program-program tersebut antara lain berupa program pengolahan sampah di desa-desa yang menjadi bagian dari program Desa BRILiaN. Salah satunya diimplementasikan di Desa Jatihurip yang berlokasi di Kecamatan Cisayong, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Desa Jatihurip merupakan bagian dari Desa BRILiaN 2020 yang merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul dengan semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis SDG’s.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (2019), rata-rata sampah yang dihasilkan masyarakat Tasikmalaya adalah 3,63 liter/orang/hari atau 0,44 kg/orang/hari (DLH, 2017). Alhasil, kini timbulah sampah Kabupaten Tasikmalaya mencapai lebih dari 291 ribu kg/hari.

Menilik data tersebut, Program BRI Peduli TPST di Desa Jatihurip perlu dilakukan untuk mengurangi volume sampah Desa Jatihurip, sehingga mengurangi volume sampah di Kabupaten Tasikmalaya saat ini.

Kepala Desa Jatihurip Dadang Mursyid (46 tahun) mengatakan awal mula program dibuka dengan adanya keunggulan yang dimiliki Desa Jatihurip, salah satunya adalah pengembangbiakan ikan. Dari situ, BRI melihat potensi agar menjadikan desa tersebut sebagai wisata edukasi budidaya ikan.

Budidaya ikan tersebut didukung dengan banyaknya aliran sungai, namun masalahnya masih banyak sampah berserakan karena tidak ada tempat pembuangan sampah di desa. Jika perilaku buang sampah sembarangan terus menerus dilakukan, apalagi ke sungai, maka dipastikan kian mencemari sumber air untuk budidaya ikan.

Akhirnya pada 2020, BRI merespon dan memberikan bantuan berupa tempat pembuangan sampah atau bank sampah. Sehingga sampah-sampah di sekitar Desa Jatihurip bisa ditampung kemudian dipilah.

“Masalah sampah ini masalah yang besar bagi masyarakat kami. Kami berpikir harus menyelesaikan masalah sampah ini sehingga saya komunikasikan ke BRI, dan mereka merespon bagaimana cara mengatasi sampah ini,” ujarnya.

Sebelumnya, kata Dadang, banyak warga desa Jatihurip yang tidak peduli terhadap sampah. Namun berkat program pelatihan pengelolaan sampah terpadu dari BRI, tingkat kesadaran masyarakat meningkat.

Adapun Program BRI Peduli TPST terdiri dari pelatihan pilah sampah dan pelatihan penguatan kelembagaan serta manajemen bisnis Bank Sampah di Desa Jatihurip. BRI juga memberikan bantuan berupa mesin penghancur sampah anorganik. Dengan alat tersebut, pihak desa memiliki pendapatan tambahan, karena sampah anorganik yang telah diolah bisa dijual ke pengepul. Pendapatan tersebut digunakan untuk kepentingan operasional pengelolaan sampah, seperti membayar upah pengangkut sampah.

Dalam kesempatan berbeda, Koordinator pengelolaan sampah di Desa Jatihurip Munajat (43 tahun) menambahkan warga dilatih untuk memilah sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Untuk sampah anorganik maka akan diolah dan dijual. Sementara untuk sampah organik dijadikan budidaya maggot.

“Plastik ini kita jual ke pengepul Rp 5.000 s.d. Rp 6,000 per kilo. Uangnya kita gunakan untuk operasional, nanti itu dikumpulkan dalam kas desa. Pengelola sampah juga harus mendapatkan upah atas kerja mereka,” ujarnya.

Sependapat dengan Kepala Desa, Munajat menyebut sebelumnya warga di Desa Jatihurip bersikap apatis terhadap sampah. Namun, berkat program yang dicanangkan BRI terkait pelatihan pengelolaan sampah, kini masyarakat membuang sampah lebih patuh.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menambahkan bahwa integrasi program TJSL yang dilakukan BRI tidak hanya berdampak terhadap pemberdayaan ekonomi desa, tetapi juga berperan mendorong kesadaran masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam dan kebersihan lingkungan melalui pengolahan sampah yang tepat.

“Di Desa BRILiaN, program BRI Peduli TPST akan mendorong kesadaran masyarakat tentang pengolahan sampah sehingga menjadi desa teladan dan inspirasi bagi desa sekitar,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *