pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Pesan Ahli Gizi Agar Kolesterol Aman Meski Makan Daging Bersantan

89
×

Pesan Ahli Gizi Agar Kolesterol Aman Meski Makan Daging Bersantan

Sebarkan artikel ini
a8bba619-42cf-4de6-a8c8-bec7f4b5370d_169
pemkab muba
Pesan Ahli Gizi Agar Kolesterol Aman Meski Makan Daging Bersantan
Foto: Thinkstock

JAKARTA | Daging yang dimasak bersama santan rasanya memang lezat dan menggugah selera. Tapi yakinkah aman untuk kolesterol?

“Kalau mau masak daging dengan bahan dasar santan harus daging yang padat tanpa lemak,” saran guru besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Prof dr Nur Indrawaty Lipoeto, MMedSci, Phd, saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (18/11/2015).

Menurut Prof Indrawaty, rendang daging lebih menyehatkan daripada dedeng goreng. Ini dikarenakan minyak yang digunakan untuk menggoreng dendeng memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi daripada santan yang digunakan untuk memasak daging.

“Jika masing-masing satu gelas minyak dan santan, maka kandungan lemak pada santan hanya 30 persen. Sedangkan minyak mengandung 100 persen lemak,” tutur Prof Indrawaty.

Nah, daging yang dimasak dengan santan disarankan untuk dikonsumsi hari itu juga. Apabila dimasak berulang-ulang, maka minyak dari santan akan teroksidasi. Ini bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes dan kanker.

“Nenek moyang kita telah memikirkan di zaman yang serba terbatas membuat masakan yang sehat untuk dimakan. Kalau memang tidak sehat, buktinya sampai sekarang kita baik-baik saja,” lanjut Prof Indrawaty.

Kecemasan masyarakat Indonesia akan masakan bersantan mulai muncul sejak tahun 1950-an. Kala itu peneliti menyebut bahaya lemak jenuh yang bisa memicu berbagai penyakit kronis. Padahal penelitian menitikberatkan pada lemak jenuh hewani, bukan minyak jenuh nabati seperti yang terkandung pada santan.

“Penelitian mereka terhadap orang yang mengonsumsi lemak jenuh hewani. Orang Eropa dan Amerika tidak ada yang mengonsumsi kelapa. Sementara kadar lemak jenuh kelapa dan hewan itu berbeda,” terang Prof Indrawaty. (robi/detik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *