JAKARTA I Warga Muslim Amerika Serikat mengecam penembakan di kelab gay Orlando yang menewaskan 50 orang. Menurut mereka, tindakan pelaku yang mengaku berbaiat kepada ISIS sama sekali tidak mewakili Islam dan umat Muslim di negara tersebut.
Nihad Awad, Direktur Eksekutif lembaga Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), mengatakan kepada pelaku yang bernama Omar Mir Seddique Mateen, bahwa “dia tidak berbicara mewakili kami.”
“Doa, hati dan pikiran kami bersama para korban dan keluarga mereka. Ini adalah kejahatan berlandaskan kebencian, sesederhana itu. Kami mengecamnya dengan sangat keras. Tindakan ini melanggar prinsip-prinsip kami sebagai warga Amerika dan Muslim,” kata Awad, Senin (13/6), dikutip Reuters.
Mateen menembak mati 50 orang di kelab malam Pulse pada Minggu dini hari di Orlando. Sebanyak 53 lainnya terluka. Pelaku adalah warga keturunan Afganistan yang mengaku berbaiat kepada ISIS. Dia ditembak mati dalam serbuan polisi.
Peristiwa ini dikhawatirkan mengundang lebih banyak lagi kasus Islamofobia di AS. Warga Muslim AS ramai berbicara di Twitter, mengklarifikasi bahwa tindakan Mateen sama sekali tidak mencerminkan Islam yang sebenarnya.
“Tidak ada tradisi keagamaan yang bisa membenarkan atau memaafkan tindak kekerasan yang kejam dan tidak berperasaan itu,” ujar Imam Tariq Rasheed dari Islamic Center di Orlando.
“Kami sangat sedih. Kami mengecam orang yang melakukan hal ini, apa pun ideologi yang dia miliki. Tidak perlu ada nyawa yang hilang akibat kemarahan dan kebencian,” kata Imam Muhammad Musri, presiden lembaga Islamic Society of Central Florida.
Dukungan terhadap korban juga berdatangan dari warga Muslim AS, salah satunya dengan cara mendonorkan darah. Diberitakan Independent, warga Muslim terlihat dalam barisan warga yang ingin menyumbangkan darah bagi para korban penembakan tersebut.
“Saya kira penting bagi Muslim untuk mengambil sikap. Ini adalah komunitas kita juga. Saya di sini untuk mengatakan bahwa saya tidak akan membiarkan pandangan Donald Trump menguasai Amerika,” kata Azmia Racchuito, wanita berhijab berusia 30 tahun di sebuah bank darah Orlando.
“Kami terkejut hal ini terjadi. Ini adalah bulan Ramadan. Muslim memihak perdamaian. Islam adalah soal menunjukkan dukungan. Kami di sini untuk menunjukkan solidaritas kepada masyarakat,” tutur warga Muslim lainnya yang ikut mendonorkan darah, Tatiana Merchant, 24. (CNN)