- Pada kurun 90-an, Desa Uiasa di Pulau Semau, NTT, pernah berjaya lewat obyek wisatanya. 10 organisasi masyarakat sipil dan entitas usaha menengah membuat program ketahanan sosial ekologi untuk membangkitkan wisata di Pulau Semau
- Program itu bertujuan membangun resiliensi masyarakat dan alam melalui praktek-praktek penghidupan dan konservasi yang berkelanjutan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim
- OCD Beach and Cafe bekerja sama dengan GEF SGP (Global Environmental Facilities-Small Grant Program) Fase VI wilayah Pulau Semau, melakukan proyek ‘Pengembangan Ekowisata Uiasa’ agar alam pesisir Uiasa tetap terjaga dan masyarakat desa mendapatkan manfaat langsung dari pariwisata
- Konsep community based tourism (CBT) dipilih agar pariwisata yang dikembangkan memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya dengan tetap melakukan konservasi lingkungan sambil mengkikis anggapan tentang pariwisata itu harus elit dan premium.
Pada era tahun 90-an, Desa Uiasa merupakan salah satu obyek wisata primadona di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah terhentinya penerbangan langsung Kupang – Darwin (Australia) dan krisis moneter, semua usaha sektor pariwisata di Desa Uiasa terhenti dan tinggal puing-puing bangunan penginapan dan bar.
Sejak September 2018, sepuluh organisasi masyarakat sipil dan entitas usaha menengah yaitu Perkumpulan Pikul, Geng Motor Imut, CIS Timor, Komunitas Kupang Batanam Komunitas Tani Organik Dalen Mesa, Perkumpulan Tafena Tabua, OCD Beach and Cafe, Yayasan Alfa Omega dan Yayasan Cemara bersama-sama menyelenggarakan program Ketahanan Sosial Ekologi di Pulau Kecil untuk Pulau Semau.
Program Officer Perkumpulan Pikul, Adriana Nomleni kepada Mongabay Indonesia, Jumat (23/10/2020) mengatakan program ini didukung oleh Global Environmental Facilities-Small Grant Program (GEF-SGP) Indonesia Program fase ke-VI.
Tujuan utama program terkait ketahanan sosial ekologis di Pulau Semau adalah membangun resiliensi masyarakat dan alam melalui praktek-praktek penghidupan dan konservasi yang berkelanjutan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim.
Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh 10 organisasi ini adalah pengembangan pertanian organik, pengembangan agrosilvo-pastoral dan agroforestri, konservasi daratan dan pesisir untuk ketahanan air dan pangan,
Selain itu sebut Adriana, ada pengembangan sumber dan produk pangan lokal, ekowisata berbasis masyarakat, dan percontohan penggunaan energi terbarukan,
Program ini bekerja di enam desa di Kecamatan Semau yaitu Desa Uiasa, Hansisi, Huilelot Batuinan dan Desa Bokonusan serta empat desa di Kecamatan Semau Selatan yaitu Desa Uiboa, Uitiuh Ana, Uitiuhtuan dan Desa Onansila.
Konservasi Terumbu Karang
Pantai dan pesisir Uiasa sesungguhnya mempunyai daya tarik pariwisata terutama pariwisata bawah air seperti diving dan snorkeling. Tanggal 23 Oktober 2020 adalah momentum kembalinya pariwisata Desa Uiasa dengan peluncuran (soft launching) Uiasa Camp oleh OCD Beach and Cafe bersama masyarakat Desa.
“Pantai Uiasa memiliki ekosistem terumbu karang yang layak dieksplorasi. Beberapa bagian terumbu karang di Uiasa, telah rusak akibat penangkapan ikan yang menggunakan bom dan racun,” sebut Koordinator OCD Beach and Cafe, Ody Mesakh kepada Mongabay Indonesia, Selasa (27/10/2020).
Timbul keinginan untuk mengembalikan keutuhan terumbu karang Uiasa. Untuk itu, Ody katakan, OCD Beach and Cafe bekerja sama dengan GEF SGP fase VI wilayah Pulau Semau, melakukan proyek ‘Pengembangan Ekowisata Uiasa’.
Kegiatan ini dilakukan untuk membangkitkan kembali pariwisata di Desa Uiasa yang pernah berjaya tiga dekade lalu.
Selama kurang lebih 10 bulan bersama masyarakat, OCD Beach and Cafe berkolaborasi memperbaiki alam pesisir Uiasa dan mengembangkan jejaring penyedia jasa pariwisata agar masyarakat desa mendapatkan manfaat langsung dari pariwisata.
“Selama project kami melakukan upaya konservasi terumbu karang menggunakan bioreeftek (terumbu karang buatan berbahan tempurung kelapa) yang telah disebar di perairan Uiasa sebanyak 60 unit,” ungkapnya.
Ody menyebutkan, kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan kelompok pemuda Uiasa sejak dalam pembuatan sampai pada pembenaman bioreeftek di dalam laut.
Pihaknya melakukan konservasi terumbu karang untuk rumah ikan baru dan sebab Uiasa memiliki potensi dasar laut yang bagus dan karangnya bagus. Keindahan ini yang coba dikembalikan lewat program yang dilakukan dengan melibatkan warga lokal.
Kembangkan Ekowisata
OCD bersama para relawan terlibat aktif mendampingi kelompok anak sekolah dalam belajar Bahasa Inggris dan pengenalan lingkungan untuk mempersiapkan pemandu wisata lokal.
Para ibu juga turut dilatih Bahasa Inggris sederhana agar dapat berkomunikasi dengan wisatawan mancanegara. Juga dilakukan pelatihan memasak bagi kelompok ibu-ibu dengan pemanfaatan bahan lokal,
Ody menyebutkan, camping ground wisata yang dikelola oleh komunitas di Uiasa dengan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) serta fasilitas wisata snorkeling, diving, dan cannoe.
“Dalam jangka panjang diharapkan bahwa masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi melalui kunjungan wisata dan pemerintah desa akan terus mendampingi serta mengembangkan ekowisata ini melalui dana desa,” ungkapnya.
Ody juga berharap pemerintah desa juga dapat mengembangkan aturan untuk melindungi lingkungan pesisir melalui peraturan desa dan membangun kesepakatan bersama antar desa di sekitar pesisir Pulau Semau untuk perlindungan lingkungan.
Pihaknya memberdayakan masyarakat untuk mengelola ekowisata dengan memberikan kano, alat snorkling dan kemah. Menurut dia, masyarakat dipersiapkan untuk memberikan pelayanan ketika ada tamu yang datang dan membuat bahan lokal agar berguna dan dijual bagi wisatawan.
Konsep community based tourism (CBT) dipilih agar pariwisata yang dikembangkan memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya.
“Kita ingin membangun komunitas dengan tetap melakukan konservasi lingkungan. Kita ingin agar dengan konsep CBT pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa tercapai,” ungkapnya.
Ody berharap semoga CBT bisa berjalan karena selama ini orang berpikir pariwisata itu yang elitis, premium. Menurutnya, orang lupa bahwa pariwisata bisa menarik banyak ekonomi masyarakat di sekitar dan masyarakat sekitar bisa mendapatkan manfaatnya.
“Logitik dan rantai pasok makanan juga tersedia disana. Kita berupaya bagaimana supaya partisipasi masyarakat didorong untuk mengembangkan pariwisata dan terlibat. Saat kami berada di sana, masyarakat juga sudah mulai mempraktekkannya dengan menjual hasil karya mereka kepada para tamu yang datang,” ucapnya.
Keunikan Atraksi Wisata
Atraksi wisata pesisir yang dapat dinikmati oleh wisatawan ketika mengunjungi Desa Ekowisata Uiasa cukup beragam. Pantai Uiasa dengan satu km bentangan pasir putih yang luas adalah satu-satunya pantai di pesisir Pulau Semau yang dapat digunakan sebagai camping ground, aktivitas renang, snorkeling dan diving.
Terdapat beberapa titik snorkeling dan penyelaman disekitar pesisir yang mudah dijangkau dan memiliki keanekaragam karang dan ikan.
“Tidak hanya dapat bermain di pantai, Desa Uiasa juga memiliki kolam air tawar. Kolam mandi ini berasal dari sumber air alami yang mengalir. Kolam ini sudah lama dibangun dan menjadi sumber air bagi Desa Uiasa,” terang Ody.
Jika tertarik mengunjungi bangunan sejarah, Ody meminta wisatawan dapat mengunjungi mercusuar Uiasa yang merupakan mercusuar pembangunan jaman kolonial Belanda dan satu-satunya mercusuar di Pulau Semau yang masih digunakan sampai sekarang.
“Mercusuar ini terletak di ketinggian bukit sehingga dapat melihat pemandangan yang indah pesisir Utara Pulau Semau,” paparnya.
Matahari terbit (sun-rise) di Pantai Uiasa juga merupakan momen yang tak dapat dilewatkan jika berkunjung ke desa ini. Pantai Uiasa terbuka ke arah timur sehingga pemandangan Kota Kupang pada malam hari terlihat jelas dan juga pemandangan sunrise yang sangat terbuka dan indah. (Mongabay.co.id)