Beritamusi.co.id – Transformasi digital yang terus berlari kencang telah merubah lini kehidupan masyarakat saat ini.
Kekinian, seakan tidak ada lagi batas waktu maupun jarak.
Lalu yang paling dirasakann nyata berkembangnya teknologi telah membuat digitalisasi nyaris menyetuh semua sendi kehidupan manusia.
Guru Besar Ilmu Komputer Sains Universitas Sampoerna, Prof. Teddy Mantoro mengungkapkan penting sekali melindungi data pribadi.
Data pribadi sangat rentan disalah gunakan melakukan kejahatan phising yang bisa menyerang setiap individu.
Karena itu, upaya perlindungan data pribadi menjadi konsen yang mestinya kita jaga dengan super ketat, kata dia saat menjadi narasumber pada Workshop Literasi Keamanan Digital Perbankan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI)-Bank Negara Indonesia (BNI), akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) mencatat anomali trafik atau serangan siber pada tahun 2021 meningkat 3x lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Terungkap 1,6 miliar kasus serangan.
Hal itu, membuktikan kalau kejahatan phising semakin meluas dan korbannya termasuk para nasabah perbankan.
Karenanya, sektor perbankan sangat mendesak memastikan kesiapsiagaan “pasukan” guna memastikan transaksi nasabah berjalan aman.
“Pun begitu dengan data nasabah tersimpan hanya sesuai kepentingan administrasi perbankan,” ujar dia.
Bahkan di awal tahun 2022, bank sentral Indonesia alias BI pun mengakui diretas. “BI kena serangan Ransomware, bukan hanya BI,” ucap Prof Teddy.
Tak hanya di Indonesia, peretasan juga dialamai bank sentral negara lain, seperti Filipina dan Bangladesh.
Teddy menambahkan sebenarnya dikalangan peretas atau hecker berhasil membobol bank sentra sebuah negara adalah sebuah kebanggaan.
Peretas tidak hanya berpeluang merampok dana dari bank sentral tersebut, namun juga mereka akan semakin termasyur di kalangan hecker.
Perbank Indonesia, juga tergolong menjadi sasaran empuk bagi peretas Indonesia, tak heran karena dengan populasi penduduk negeri yang mencapai 258 juta jiwa lebih.
Peringkat Indeks keamanan siber dunia, Indonesia menduduki posisi 83.
Jangan Pegang Ponsel Saat Labil
Penggunaan telpon seluler (ponsel) memang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat modern.
Beragam aktivitas bahkan dilakukan dengan menggunakan telpon genggam atau telpon pintar.
Namun, perlu kehati-hatian agar kita aman dari upaya perentasan atau pencurian data.
Prof Teddy mengajak masyarakat untuk cakap dalam menggunakan ponsel, tentunya dengan meningkatkan literasi keamanan dalam menggunakan teknologi khususnya smartphone yang selalu berada digenggaman.
“Kehati-hatian tersebut hendaknya dibarengi dengan berpikir yang sehat. Jangan sampai ketika kondisi labil atau emosi kita malah sembarangan menggunakan telpon pintar, efeknya bisa berbahaya,” kata dia.
Ia juga mengingatkan pengguna ponsel pintar untuk mengaktifkan sistem keamanan yang membutuhkan dua jenis autentikasi yang dilakukan penggunanya.
Lalu, tidak menyeragamkan kata kunci setiap platform juga efektif mengantisipasi peretasan, tambah Teddy.
Secara khusus, Teddy juga meminta pihak perbankan untuk aktif menayangkan beragam keluhan, kasus yang dialami nasabahnya di website resmi bank tersebut.
Sebagai bentuk tindaklanjut dan tanggung jawab terhadap masalah nasabah, kata dia lagi.
Antisipasi Peretasan BNI Lakukan ini
PT Bank Negara Indonesia (BNI) menjadi salah satu lembaga perbankan plat merah yang mengungkapkan telah membentuk unit khusus untuk memastikan transaksi dan data nasabah aman.
“Kami mengindentifikasi dua jenis upaya pengambilan data nasabah yaitu Skimming dan Social Engineering (Soceng), yang selama ini sering menyerah perbankan,” kata
Pemimpin Divisi Managemen Risiko PT BNI Rayendra M Goenawan, belum lama ini.
Dia menjelaskan skimming merupakan pencurian data informasi dari kartu debit yang kemudian dipindahkan secara ilegal ke kartu palsu.
Sedangkan Soceng, mendapatkan data dan informasi dengan memengaruhi pikiran seseorang yang berdampak pada psikologis dan emosi, jelas Ray.
Dia mengungkapkan kedua modus tersebut masih menjadi permasalahan yang belum bisa 100 persen diantisipasi karena juga berkaitan dengan pengetahuan nasabah terkait dengan upaya peretasan.
Ia mencontohkan, ada seorang teman yang sebenarnya telah mengetahui ciri-ciri peretasan.
Kadang meskipun sudah belajar atau mengenal modus peretasan tapi masih saja ada korban, tambah dia.
BNI secara khusus telah mengoperasikan unit khusus untuk perlindungan nasabah.
“Unit khusus tersebut bekerja selama 24 jam dalam tujuh hari tanpa jeda,” ungkap dia.
Dimana mereka menjalankan tugas untuk memastikan transaksi nasabah berjalan tanpa gangguan, termasuk saat libur lebaran.
Antisipasi oleh petugas dilakukan secara intensif, tetapi, bagi yang mencurigai atau menjadi korban kejahatan skimming dan soceng bisa mengadukan ke BNI.
Pengaduan bisa dilakukan dengan menghubungi BNI call 1500046 dan bisa juga langsung datang ke kantor cabang terdekat.
Cara lainnya, melaporkan secara tertulis dengan mengakses www.bni.co.id, dan memilih menu hubungi kami.
BNI juga menyediakan email bnicall@bni.co.id atau faksimalili (021) 25541203, sebagai salah satu upaya melindungi nasabah, tutup Rayendra.(Yulion)