Beritamusi.co.id – Di tengah gejolak ekonomi global saat ini, perekonomian Provinsi Sumatera Selatan terbukti memiliki resiliensi tinggi dan mampu bangkit lebih cepat. Perekonomian Sumatera Selatan di TW III 2022 tumbuh 5,349 (yoy), dan telah berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi sebagaimana sebelum pandemi COVID-19 dengan pertumbuhan diatas 596.
Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pangan dan energi dunia telah berdampak pada peningkatan tekanan inflasi, pangan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Secara tahunan, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Oktober 2022 tercatat sebesar 6,514 (yoy). Peningkatan inflasi di Provinsi Sumatera Selatan terutama didorong oleh inflasi vo/atile food. Dari sisi sistem pembayaran, Bank Indonesia berupaya memperluas ekosistem Guick Response Code Indonesian Standard (ORIS) untuk mendukung digitalisasi pembayaran di Sumatera Selatan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Nurcahyo Heru Prasetyo, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 yang digelar secara hibrida (daring dan luring) pada hari ini di Hotel Arista Palembang (30/11) menyampaikan bahwa Sumatera Selatan masih punya potensi besar untuk terus tumbuh dengan memanfaatkan beberapa celah ruang pertumbuhan ke depan didukung oleh sinergi, inovasi, dan optimisme yang perlu dijaga bersama.
“Berbagai potensi pertumbuhan yang dapat didorong antara lain dengan meningkatkan realisasi investasi melalui perbaikan iklim investasi, optimalisasi sektor pertanian dengan meningkatkan produktivitas, dan peningkatan nilai tambah komoditas unggulan melalui hilirisasi,” katanya dalam rapat daring dan luring.
“Kita juga perlu terus meningkatkan inklusivitas ekonomi dan keuangan digital melalui digitalisasi sistem pembayaran seperti dengan ORIS dan kanal lainnya, serta menjaga kestabilan inflasi dengan memperkuat koordinasi kebijakan dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID),” sambungnya.
Mengusung tema ” Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Menuju Indonesia Maju”. Kegiatan ini diawali dengan menyaksikan bersama kegiatan PTBI pusat di Jakarta yang dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Ir. S.A. Supriono dalam sambutannya di PTBI menyampaikan bahwa dengan berbagai tantangan perekonomian yang ada saat ini seperti kenaikan harga pangan dan energi dunia, telah berdampak terhadap kenaikan harga di dalam negeri. Namun, pemerintah pusat dan daerah telah berupaya dan mengantisipasi agar tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai terpuruk akibat dari krisis energi. Pemerintah secara aktif melalui Kementerian-Kementerian terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) berkoordinasi aktif dengan Tim Pengendalian Infiasi Daerah (TPID) seluruh Indonesia untuk mengawal tingkat inflasi Nasional dan Daerah.
“Pada pengendalian inflasi di Sumatera Selatan, kami melaksanakan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), agar dapat membuat masyarakat lebih mandiri dalam menyediakan kebutuhan pangannya”, ujar Supriono.
Sampai dengan saat ini, jumlah merchant ORIS di Sumatera Selatan telah mencapai 541.659 merchant yang terdiri dari berbagai sektor, antara lain UMKM, tempat ibadah, layanan kesehatan, pendidikan, transportasi, pariwisata, termasuk pembayaran retribusi atau pajak. Selain itu, user atau pengguna ORIS di Sumatera Selatan juga terus bertambah, saat ini jumlah pengguna ORIS di Sumatera Selatan mencapai 742.774.
Di tingkat nasional, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5-5,39, dan akan terus meningkat menjadi 4,7-5,54 pada 2024 didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diprakirakan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,011 pada 2023 dan 2,541 pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023, seiring dengan tetap terkendalinya inflasi harga impor (imported inflation) dengan nilai tukar Rupiah yang stabil dan respons kebijakan moneter yang front loaded, preemptive dan forward looking. (Ines)