JAKARTA | Amerika Serikat dan Rusia gagal mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang Suriah. Kedua negara menyatakan masih berupaya menyelesaikan masalah sebelum mengumumkan kesepakatan. Demikian dikabarkan Reuters, pada Jumat (26/8)
Usai mengadakan pertemuan selama lebih dari sembilan jam di Jenewa, Swiss, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, menyatakan kepada media massa bahwa kedua belah pihak masih berupaya menyelesaikan masalah secara lebih rinci.
Kerry mengatakan pembicaraan dengan Lavrov telah “mencapai kejelasan tentang upaya ke depan.” Di sisi lain, keduanya menawarkan beberapa rincian tentang upaya menghentikan peperangan dan meningkatkan bantuan kemanusiaan.
“Kami tidak ingin asal-asalan membuat kesepakatan,” kata Kerry. “Kami ingin membuat kesepakatan yang efektif demi rakyat Suriah, agar kawasan ini lebih stabil dan aman, dan untuk itulah kami berada di Jenewa demi menemukan solusi politik.”
Pembicaraan telah berlangsung alot sejak Juli lalu. Terlebih dengan adanya serangan pemerintah baru terhadap kelompok-kelompok oposisi, juga serangan di selatan kota Aleppo.
Ke depannya, tim teknis yang terdiri dari AS serta militer dan intelijen ahli Rusia, akan berupaya memisahkan kelompok-kelompok oposisi, yang didukung oleh negara-negara Amerika Serikat dan Teluk Arab, dari jihadis.
Belum diketahui kelanjutan dari pertemuan pada Jumat (26/8) itu. Pembicaraan akan dilanjutkan dengan berfokus pada upaya menemukan solusi yang efektif dan abadi untuk mengakhiri kekerasan, sekaligus membuka peluang negosiasi dalam hal transisi politik di Suriah.
“Jika rincian masalah dapat diselesaikan, kami percaya kami akan bisa mengatasi dua tantangan utama untuk menghentikan permusuhan—pelanggaran rezim dan meningkatnya pengaruh al-Nusra,” kata Kerry.
Kerry percaya, upaya terbaik tengah dipersiapkan untuk membatasi pertempuran yang memaksa ribuan warga Suriah mengungsi ke Eropa.
Kerry mengatakan rezim Suriah telah “dipaksa menyerah” dari Daraya, namun hal itu bertentangan dengan perjanjian penghentian peperangan yang disepakati pada Februari. Lavrov mengatakan kesepakatan tersebut adalah “contoh” yang harus “direplikasi.”
Warga dan pemberontak di Daraya mulai meninggalkan daerah yang terkepung di mana warga sipil telah terjebak sejak 2012 dan Komite Internasional Palang Merah PBB dan menyatakan keprihatinan untuk keselamatan mereka. (CNN Indonesia)