pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Lebaran Harga Daging Diprediksi Meroket

99
×

Lebaran Harga Daging Diprediksi Meroket

Sebarkan artikel ini
pemkab muba pemkab muba
Lebaran Harga Daging Diprediksi Meroket
Ilustrasi Google Images

PALEMBANG I Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DP2K) Palembang menyatakan hingga saat ini belum ada permintaan yang tinggi, namun DP2K memprediksi permintaan daging akan mengalami kelonjakan dua pekan jelang lebaran Hari Raya Idul Fitri, namun pihaknya hingga saaat ini tetap menjaga pasokan daging di pasaran.’

“Sejauh ini kami pantau harga masih stabil dan belum ada lonjakan berarti untuk permintaan daging sapi. Namun, kita akan terus mengawal dan menjamin jika pasokan serta harga dapat dikendalikan dengan ketersediaan daging,”kata Kepala DP2K Palembang, Harrey Hadi, Selasa (17/5).

Menurut Harrey, normalnya setiap hari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) melakukan pemotongan sekitar 30 ekor sapi. Di bulan puasa, diprediksi kenaikan akan menjadi 50 ekor dan melonjak 100 persen menjelang Idul Fitri mencapai 100 ekor sapi perhari.

Mengenai pasokan sapi, Harrey menyatakan selama ini masih berasal dari Lampung serta impor sapi dari luar Indonesia yaitu negara Australia karena sapi impor masih tetap menjadi andalan masyarakat. Ia mengakui, seluruh daerah di Sumsel memang tak bisa menyiapkan populasi ketersediaan sapi yang besar.Tak ada daerah di Sumsel yang memiliki lahan luas yang mampu menjadi lokasi ternak sapi.

“Sejauh ini kita hanya mampu hingga ke tahap penggemukan, memberinya makan di area yang disiapkan. Sedangkan untuk pengembangan, sapi dibiarkan di lahan luas terbuka, kita tidak punya lahan peternakan,”kata Harrey.

Ia juga mengakui saat ini pihaknya masih cukup tergantung pada sapi impor karena sapi lokal belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, oleh karena itu untuk menekan harga sapi di pasaran dengan melahirkan sapi lokal.

“Karena sapi impor itu bobotnya sangat besar, jadi ketika dipotong maka akan didapat daging yang jauh lebih banyak dibandingkan  sapi lokal yang memang lebih kecil, mungkin pengaruh spesies dan kondisi alam,”tukasnya. (Supardi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *