pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

Laju Ekonomi Nasional Tembus 5% di Semester I 2016

95
×

Laju Ekonomi Nasional Tembus 5% di Semester I 2016

Sebarkan artikel ini
5498b85f-f51c-4e05-922e-ea2e09d65039_169
pemkab muba pemkab muba
Laju Ekonomi Nasional Tembus 5% di Semester I 2016
Pembeli dan penjual bertransaksi di los sembako Pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu (3/6). BPS melaporkan konsumsi rumah tangga masih menjadi motor ekonomi utama pada kurtal II 2016, sedangkan belanja pemerintah yang harusnya menjadi stimulus masih rendah kontribusinya.. (Antara Foto/Aditya Pradana Putra)

JAKARTA | Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh 5,18 persen pada kuartal II 2016, melampaui ekspektasi banyak analis. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi nasional pada paruh pertama 2016 menembus 5,04 persen.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan perekonomian Indonesia diukur berdasarkan nominal Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal II 2016, nominal PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.086,6 triliun, sedangkan nilai PDB atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp2.353,2 triliun.

Merujuk pada nominal tersebut, kata Suryamin, perekonomian Indonesia selama periode April-Juni 2016 tumbuh 5,18 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,91 persen. Capaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 yang hanya 4,66 persen.

“Kuartal I 2016 sempat mengalami penurunan karena La Nina membuat masa panen bergeser sehingga hasil panen mendongkrak kuartal II 2016. Ini juga karena momentum puasa dan Lebaran yang mendorong sektor produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ungkap Suryamin di kantornya, Jumat (5/8).

Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016, yakni sebesar 55,23 persen. Namun, perannya menurun jika dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga kuartal sebelumnya yang sebesar 57,04 persen. Komponen pengeluaran ini tumbuh 5,04 persen jika dibandingkan dengan kuartal II 2015.

Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi masih menjadi pnyumbang PDB terbesar kedua, yakni 32,45 persen meski perannya turun dibandingkan dnegan kuartal sebelumnya. Indikator investasi langsung selain di sekktor migas ini tercatat tumbuh 5,06 persen pada triwulan kedua tahun ini.

Belanja pemerintah yang seharusnya menjadi stimulus justru hanya menyumbang 9,44 persen terhadap PDB, kalah dibandingkan dengan ekspor dan impor yang kondisinya sedang terpuruk (masing-masing 18 persen).

Peran belanja pemerintah dalam mendorong perekonomian tercatat hanya naik sedikit dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang menyumbang 6,8 persen. kendati demikian, BPS mencatat belanja pemerintah tumbuh jika dibandingkan dengan kuartal II tahun lalu sebesar 6,28 persen.

Apabila mengamati lapangan usaha pembentuk PDB, hampir semua sektor mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang minus 0,72 persen.

Pertumbuhan lapangan usaha tertinggi pada kuartal II terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi, yakni sebesar 13,51 persen. Disusul kemudian sektor informasi dan telekomuniaksi (8,47 persen), jasa perusahaan (7,57 persen), transportasi dan pergudangan (6,81 persen), pengadaan listrik dan gas (6,24 persen), dan konstruksi (6,21 persen).

Kendati demikian, penyumbang terbesar PDB nasional masih industri pengolahan, yakni sebesar 20,5 persen. Kontributor terbesar berikutnya adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 14,32 persen; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,26 persen; dan konstruksi 10,42 persen.

Kegiatan ekonomi sampai dengan ahir Juni lalu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, di mana kawasan tersebut menguasai 58,81 persen kue ekonomi nasional. Sementara Pulau Sumatera menyumbang 22 persen terhadap PDB nasional.

sementara wilayah lain di sisi timur Indonesia relatif hanya merasakan manfaat ekonomi yang kecil. Kalimantan tercatat hanya berkontribusi 7,61 persen, sedangkan Sulawesi menyumbang 6,08 persen.

Bali dan Nusa Tenggara tercatat menyumbang 3,13 persen. Sedangkan Maluku dan Papua, aktivitas ekonominya hanya menyumbang 2,35 persen.

Secara kumulatif, BPS melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2016 sebesar 5,04 persen.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi lembaga non-pemerintah tumbuh paling tinggi, yakni 6,56 persen. Disusul kemudian oleh PMTB sebesar 5,31 persen, konsumsi rumah tangga 4,99 persen, dan belanaj pemerintah 4,84 persen.

Sementara ekspor dan impor pada paruh pertama tahun ini mengalami kontraksi, masing-masing minus 3,13 persen dan 4,04 persen.

Sebelumnya, sejumlah analis yang disurvei CNNIndonesia.com memperkirakan laju ekonomi kuartal II hanya sedikit lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Kisaran pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 yang diprediksi kalangan analis adalah 4,9 persen atau tidak sampai menyentuh level 5 persen. Prediksi tersebut meleset dari realisasi ekonomi yang dicatat oleh BPS. (CNN Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *