Jakarta I Pengamat terorisme menyebut insiden kerusuhan dan penyanderaan selama 36 jam yang terjadi pekan ini di Mako Brimob, Depok, mendorong pelaku bom Surabaya untuk melakukan aksi lebih cepat.
“Plotnya untuk mengganggu pemilu. Tapi kasus Mako Brimob jadi energi mereka gerak lebih cepat,” ujar Harits Abu Ulya.
Pengamat terorisme lainnya, Al Chaidar, kepada juga menyatakan hal serupa bahwa rusuh di Mako Brimob yang menyebabkan lima aparat tewas juga merukan seruan jihad.
“Ini adalah bentuk dari eskalasi dari insiden yang terjadi di Mako Brimob. Ini adalah hasil seruan jihad yang telah dilontarkan teroris di depok,” ujar Chaidar.
Rentetan bom di Surabaya terjadi di tiga gereja berbeda di Surabaya, Minggu pagi ini.
Ledakan pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercelah Ngagel pukul 07.30 WIB, kemudian di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.35 WIB, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuna pukul 08.00 WIB.
Lihat juga: Masyarakat Diminta Setop Sebar Foto Ledakan Bom Surabaya
Mencermati selisih waktu antara ledakan, Harits menyatakan serangan ini terorganisasi dengan baik
“Hari ahad dimanfaatkan menjadi momentum yang mudah. Modus pelaku pura-pura ingin mengikuti misa/kebaktian minggu,” ujarnya.
Kepolisian Daerah Jawa Timur mengkonfirmasi sebanyak delapan tewas, dan 38 lain luka-luka akibat ledakan bom di tiga gereja Surabaya.
Sumber : cnnindonesia.com