pemkab muba pemkab muba pemkab muba
Ekonomi & Bisnis

70 Persen Startup Indonesia Berguguran di Tahun Pertama

23
×

70 Persen Startup Indonesia Berguguran di Tahun Pertama

Sebarkan artikel ini
za1mtjy1
pemkab muba

BANDUNG I Sebanyak 70 persen startup di Indonesia gulung tikar pada tahun pertama. Business Unit Head Wilayah Jawa Barat (Jabar) PT Link Net, Tbk. (First Media), Donny Armando Razalie mengatakan sering kali start up ini identik dengan bakar uang. Menurut dia, kondisi itu terjadi karena umumnya sumber daya manusia (SDM) startup belum memiliki pengalaman dan skill mumpuni di dunia bisnis.

Menurut Donny, banyak startup yang hanya mengandalkan produk dan suntikan dana besar. “Umumnya startup sekarang memiliki wawasan, produk bagus, tapi minus pengalaman,” ujar Donny, pada First Academy Conference, di Hotel Aryaduta, Bandung, Kamis malam (20/2).

Donny mengatakan, bisnis itu harus dibangun bata demi bata. Tak bisa hanya mengandalkan produk bagus dan suntikan dana besar lantas menuai sukses menjadi perusahaan besar.

“Untuk menjadi bisnis bagus, SDM startup harus memiliki pengalaman, ilmu manajemen dan ilmu bisnis yang mumpuni,” katanya.

Perusahaan besar saat ini pun, kata dia, pada awal kemunculannya merupakan startup. Mereka bisa bertahan dan terus bertumbuh karena menjalankan bisnisnya dengan baik secara bertahap.

Marketing Communication Expert dan Founder Creator Charmain 7 Ruang, Aris Budi Hartanto mengatakan, saat ini yang dikejar startup umumnya adalah valuasi dan bubble. Padahal, menurut dia, sejak dulu bisnis tidak pernah berubah.

“Bisnis adalah menciptakan revenue dengan memberi kemanfaatan,” katanya.

Aris menilai, tindakan bakar-bakar uang yang dilakukan banyak startup saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Ia menilai, sudah banyak startup yang kelelahan mengejar sukses dengan cara tersebut.

“Ini tidak bagus untuk perkembangan startup, membuat banyak produk dan talenta bagus berguguran karena cara bisnis yang salah,” katanya.

Umumnya, kata dia, saat memulai startup para founder yang selama ini fokus di bidang sesuai keahliannya, harus keluar dari kompetensi dan sibuk berbisnis. Akibatnya, mereka banyak yang terjebak tren dan akhirnya gila-gilaan membakar uang.

“Inilah yang mendorong lahirnya First Academy, untuk membantu startup dan UMKM khususnya, serta para profesional, untuk melihat peluang dan mengukur diri serta mengisi kelemahan mereka,” paparnya. (*)

Sumber: republika.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *