OKI Maju Bersama

Wakili Sumsel, Petani OKI Panen Raya Serentak Bersama Presiden Secara Virtual

31

OKI – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mewakili Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dalam pelaksanaan panen raya padi nasional yang digelar serentak di 14 provinsi bersama Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang hadir secara virtual.

Panen raya ini dipusatkan di lahan pertanian Desa Cahya Maju, Kecamatan Lempuing, Kabupaten OKI pada Senin (7/4/2025).

Sebagai salah satu dari lima besar produsen beras nasional, Gubernur Herman Deru menyatakan optimisme tinggi terhadap kontribusi Sumsel dalam pencapaian target nasional produksi padi tahun 2025.

“Luas lahan baku sawah di Sumsel mencapai 519.484 hektare dengan produksi sebesar 1,6 juta ton. Ini sangat potensial untuk terus ditingkatkan, seperti di Kabupaten OKI yang memiliki luas lahan baku sawah mencapai 104 ribu hektare,” terang Deru.

Untuk mempertahankan lahan baku sawah, terang Deru, diperlukan inovasi di kabupaten/kota.

“Dengan majunya perekonomian dan derasnya laju investasi, bukan tidak mungkin akan mengurangi lahan-lahan pertanian. Ini akan menjadi sasaran dalam perluasan perumahan dan kawasan industri. Maka harus dijaga sejak dini,” ujar Deru.

Dalam dialog dengan Presiden, Gubernur Herman Deru juga mengusulkan keberlanjutan pembangunan Bendungan Tiga Dihaji di Kabupaten OKU Selatan.

Dia mengatakan bahwa konstruksi bendungan yang masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) itu awalnya merupakan bentuk penghargaan karena Sumsel berhasil meningkatkan produktivitas padi.

“Produktivitas Sumsel naik dari sebelumnya peringkat 8 menjadi peringkat 5 nasional, dan saat itu kami mendapat hadiah Bendungan Tiga Dihaji,” ujar Deru.

Namun, proyek senilai Rp 3,7 triliun yang seyogianya selesai pada 2023 hingga kini belum dapat dimanfaatkan.

“Kami mengusulkan kepada Bapak Presiden untuk melanjutkan kembali pembangunan Bendungan Tiga Dihaji karena kunci peningkatan produktivitas lahan adalah ketersediaan air, agar petani bisa panen dua kali bahkan tiga kali dalam setahun,” terang Deru.

Sementara itu, Bupati OKI H. Muchendi mengatakan, sektor pertanian di wilayahnya sangat berpotensi untuk dikembangkan.

“Luas baku sawah 104 ribu hektare, terdiri dari empat tipologi lahan yang tidak dimiliki oleh daerah lain, yaitu lahan lebak, pasang surut, tadah hujan, dan lahan kering,” terangnya.

Dari sisi produksi, Kabupaten OKI, terang Muchendi, merupakan penyumbang produksi terbesar ketiga di Sumatera Selatan.

“Produksi padi di OKI tahun 2024 lalu mencapai 564 ribu ton, mengalami peningkatan 38.530 ton dibandingkan tahun 2023. Kami optimis hasil ini akan terus meningkat,” jelas Muchendi.

Peningkatan tersebut, jelas Muchendi, ditopang oleh program oplah (optimalisasi lahan) sebesar 46.762 hektare serta program cetak sawah.

“Di tahun 2025, OKI ditargetkan untuk optimalisasi lahan seluas 24 ribu hektare. Per Maret, terealisasi 4.510 hektare. Untuk cetak sawah, OKI diberi target sebesar 26.364 hektare. Per Maret 2025, realisasinya 2.005 hektare sedang dalam proses SID (Survey Investigasi dan Desain),” terangnya.

Tantangan peningkatan produksi padi, jelas Muchendi, tidak sedikit, mulai dari perubahan iklim, serapan gabah petani, hingga status lahan.

“Ada lahan yang dimiliki masyarakat, ada juga lahan milik perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat HGU yang belum tergarap. Ini kami harap dibantu administrasinya sehingga dapat dioptimalkan untuk lahan pertanian,” tutupnya.

Dalam arahannya, Presiden Prabowo menyampaikan rasa syukur dan bangga atas capaian bangsa dalam sektor pangan, terutama ditengah tantangan global.

“Baru enam bulan saya menerima mandat sebagai presiden, tapi dengan niat baik dan kebijakan yang masuk akal, kita bisa menunjukkan hasil. Saat banyak negara mengalami kekurangan pangan dan harga yang melonjak, kita justru bisa mengekspor telur. Kita surplus, harga telur bahkan menurun,” ujar Prabowo melalui sambungan virtual.

Presiden juga memberikan penghormatan tinggi kepada para petani yang dianggapnya sebagai fondasi utama negara. Ia menyebut petani sebagai produsen pangan yang menjadi penopang eksistensi Indonesia.

“Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa petani, tidak ada pangan. Itulah sebabnya petani adalah tulang punggung bangsa ini,” tegasnya. (*)

Exit mobile version