Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung 2024 yang berlangsung pada 27 November lalu menyisakan polemik.
Pasangan calon nomor urut 01, Erzaldi-Yuri (BERAMAL), mempermasalahkan hasil suara di sejumlah TPS, dengan tuduhan bahwa ada indikasi campur tangan pihak lain hingga menyebabkan kerugian bagi pihak mereka.
Tuduhan ini langsung menjadi sorotan publik, terlebih setelah muncul tanggapan tajam dari Iwan Prahara, praktisi hukum senior dan Koordinator Tim Hukum pasangan nomor urut 02, Hidayat-Heliyana.
Dalam keterangannya kepada media, Iwan menyebut tuduhan kubu Erzaldi-Yuri tidak berdasar dan bahkan menggelikan.
“Bagaimana caranya menghilangkan suara? Saya kira yang bisa menghilangkan suara hanya tukang sulap atau pasukan jin. Tapi setahu saya, pemilu ini tidak melibatkan tukang sulap atau jin,” sindir Iwan, Sabtu (30/11/2024).
Lebih lanjut, Iwan mengkritik tuduhan tersebut karena mempertimbangkan kelayakan aparat KPPS yang telah bekerja keras untuk memastikan terselenggaranya pemilu.
“Mereka sudah bekerja dari pagi hingga pagi lagi, kasihan kalau kemudian mereka disebut curang. Jika benar ada kecurangan, silahkan menunjukkan bukti konkret, di TPS mana, desa mana, dan kabupaten mana? Apakah semua petugas TPS di Babel ini termasuk curang?” tegasnya.
Kubu BERAMAL sebelumnya mengklaim bahwa ada manipulasi pada 61.856 surat suara yang dinyatakan tidak sah. Menurut Ketua Tim Pemenangan Erzaldi-Yuri, Muhammad Ilham, indikasi ini mengarah pada kondisi yang merugikan.
Namun, Iwan justru memikirkan asal-usul klaim tersebut.
“Jangan-jangan surat suara tidak sah itu justru milik Hidayat-Heliyana,” imbuhnya dengan nada sarkastik.
Iwan juga menilai tuduhan ini mencederai kerja keras saksi-saksi dari pasangan Erzaldi-Yuri sendiri.
“Saksi mereka ada di setiap TPS, menyatukan setiap surat suara yang diperlihatkan petugas. Tuduhan ini seperti mencibir usaha mereka sendiri,” katanya.
Selain itu, Iwan menegaskan dan membantah adanya praktik politik uang yang ditujukan kepada pasangannya.
“Pak Hidayat sangat anti terhadap suap-menyuap. Beliau ingin menang dengan cara yang terhormat.” tegas Iwan Prahara.
Iwan meminta kubu Erzaldi-Yuri untuk legowo menerima hasil pemilu dan berhenti membangun narasi seolah-olah menjadi pihak yang dizalimi.
“Rakyat sudah jenuh dengan pertikaian elit politik. Mereka ingin gubernur baru yang fokus membangun daerah, tidak terus-terusan terlibat drama politik,” tutupnya.
Kisruh ini mencerminkan tantangan dalam menjaga demokrasi tetap sehat dan transparan. Publik menantikan langkah konkret dari pihak yang melontarkan tuduhan, apakah bisa membuktikan kondisi atau justru harus menghadapi konsekuensi hukum atas tuduhan tak berdasar.