JAKARTA I PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) memprediksi kinerja perusahaan tahun ini stagnan. Hal ini dikarenakan pelemahan daya beli masyarakat dan maraknya transportasi dengan aplikasi daring (online).
Tahun lalu, operator taksi Express ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp32,25 miliar atau turun 72,83 persen jika dibandingkan dengan Rp118,71 miliar pada tahun 2014. Padahal, pendapatan pokok mengalami pertumbuhan sebesar 9,03 persen menjadi Rp970,09 miliar dari Rp889,72 miliar.
Pelemahan laba bersih tersebut disebabkan beban pokoknya tumbuh lebih tinggi, yaitu 27,98 persen dari Rp491,50 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp629,03 miliar pada tahun 2015. Tidak cuma itu, beban keuangannya melonjak 49,5 persen dari Rp132,20 miliar menjadi Rp197,65 miliar.
David Santoso, Direktur Keuangan Express mengatakan, manajemen memilih untuk konservatif pada tahun ini. Ia menilai, daya beli masyarakat yang tidak meningkat kentara dan maraknya transportasi online menjadi pemberat laju perusahaan.
“Target tahun ini flat (datar) dari tahun lalu. Kami belum berani agresif, karena melihat daya beli masyarakat dan persaingan yang ketat, baik dari sesama operator taksi maupun ojek online,” ujarnya, Kamis (6/2).
Perseroan, sambung dia, juga memilih menahan diri dalam melakukan ekspansi. Namun, ia mengaku, perseroan akan fokus pada peremajaan dan peningkatan utilisasi armada. Sebagai informasi, TAXI meluncurkan aplikasi daring bertajuk My Trip.
Sejauh ini, menurut David, respons konsumen terhadap aplikasi My Trip lumayan positif. Meski terbilang baru, aplikasi ini diharapkan mampu mendongkrak utilisasi armada, sekaligus menopang kinerja pendapatan Express.
Terkait peremajaan armada, David bilang, perseroan masih mengkaji jumlah dan jenis armada yang akan diganti. Sebelumnya, Express mewacanakan menggunakan mobil dengan jenis mini Multi Purpose Vehicle (MPV) sebagai armada pengganti.
“Untuk peremajaan masih kami kaji jumlahnya. Kalau untuk armada pengganti jenisnya mungkin bisa mini MPV. Yang jelas, kapasitas mesinnya di kisaran 1.000 cc-1.500 cc,” jelasnya.
Per kuartal I 2016, kinerja Express tercatat lesu. Perseroan membukukan kerugian sebesar Rp9,84 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan sempat mencatat laba bersih Rp20,32 miliar.
Penurunan pendapatan pokok menjadi biang keladinya. Pendapatan pokoknya turun sebanyak 14,81 persen dari Rp247,09 miliar di kuartal I 2015 menjadi Rp210,49 pada periode yang sama tahun ini. Sementara, beban pokok perseroan meningkat dari Rp151,59 miliar menjadi Rp157,76 miliar. (CNN)