JAKARTA I Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berduka atas kepergian Muhammad Ali dan memberikan pernyataan panjang tentang makna sang petinju bagi dirinya.
Obama menceritakan bahwa ia memiliki sarung tinju Ali, dan juga menggantung salah satu foto paling populer Ali ketika mengalahkan Sonny Liston pada 1964 silam.
Ali sendiri memang mempunyai makna penting dalam sejarah Amerika Serikat. Lebih dari sekadar petinju, ia juga seorang ikon global yang sering menyuarakan sikap politiknya menentang diskriminasi dan juga menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan. Obama menyebut Ali sebagai sosok yang mengubah Amerika dan menjadikannya Amerika yang ia kenal seperti hari ini.
Berikut pernyataan resmi Obama secara lengkap:
“Muhammad Ali adalah yang terhebat. Titik. Jika Anda menanyainya, maka ia akan memberi tahu Anda yang sama. Ia akan memberi tahu Anda bahwa ia adalah dua kali yang terhebat; bahwa ia akan “memborgol petir, dan memenjarakan halilintar”.
Tapi apa yang membuat Sang Juara jadi yang terhebat — yang membedakan dirinya dari orang lain — adalah orang lain juga akan mengatakan hal sama tentang dirinya.
Seperti manusia lainnya di planet ini, saya dan Michelle berduka atas kepergiannya. Namun kami juga bersyukur pada Tuhan karena kami beruntung bisa mengenalnya, bahkan jika hanya sejenak; kami sangat beruntung Yang Terhebat terlahir di masa kami.
Di ruang kerja pribadi saya, dekat dari ruang Oval, saya menyimpan sepasang sarung tinjunya. Letaknya di bawah fotonya yang terkenal — sang juara muda, di usia 22 tahun, mengaum seperti singa di atas mangsanya, Sonny Liston.
Saat itu saya masih terlalu muda untuk memahami siapa dirinya — dia masih Cassius Clay, dan telah menjadi pemenang emas Olimpiade, dan belum menjalani perjalanan spiritual yang akan membawanya pada keyakinan Muslimnya, membuatnya dalam pengasingan di puncak kejayaannya, dan kemudian memiliki panggung untuknya kembali dengan nama yang sangat dikenal di perkampungan kumuh di Asia Tenggara, dan di desa-desa Afrika, sebagaimana ia dikenal oleh para penonton yang bergemuruh di Madison Square Garden.
“Saya adalah Amerika,” dia pernah berkata. “Saya adalah bagian yang Anda tidak ingin kenali. Tapi terbiasalah dengan saya — hitam, percaya diri, sombong; terbiasalah dengan nama saya, bukan namamu, agama saya, bukan agamamu, tujuan saya, kepunyaan saya sendiri. Terbiasalah dengan saya.”
Itulah Ali yang saya kenal ketika saya mencapai kedewasaan — bukan hanya sebagai penyair yang andal, atau juga petinju hebat di dalam ring, tapi sebagai pejuang untuk yang benar.
Seorang lelaki yang berjuang untuk kita semua.
Ia berdiri di samping (Martin Luther) King dan (Nelson) Mandela; ia tegak berdiri dalam kondisi sulit, dan ia lantang bersuara ketika yang lainnya bungkam. Pertarungannya di atas ring akan membuatnya kehilangan gelar dan juga kehilangan panggung di depan publik.
Pertarungan itu membuatnya memiliki musuh di samping kanan dan kiri, dibenci, dan nyaris masuk penjara. Tapi Ali tegak berdiri mempertahankan kepercayaannya. Dan kemenangannya membantu kami untuk menjadi Amerika yang kita kenal saat ini.
Ia tentu saja tidak sempurna. Untuk semua keajaibannya di atas ring, ia juga bisa sangat ceroboh dengan kata-katanya, dan juga penuh kontrakdiksi seiring dengan perkembangan keyakinannya. Namun semangatnya yang menyenangkan, mudah menular, dan bahkan terkadang lugu, membuat Ali memiliki lebih banyak penggemar ketimbang musuh.
Mungkin karena kita semua berharap melihat diri kita sendiri dalam sosoknya.
Di kemudian hari, ketika kekuatan fisiknya menurun, ia bahkan menjadi kekuatan yang lebih hebat lagi untuk perdamaian dan rekonsiliasi di seluruh dunia.
Kita semua melihat seorang lelaki yang mengunjungi anak-anak sakit di seluruh dunia, dan mengatakan bahwa mereka juga bisa menjadi yang terhebat.
Kita semua melihat seorang pahlawan menyalakan api, dan sekali lagi tampil di panggung dunia menunjukkan pertarungan terhebatnya, sebuah pertarungan melawan penyakit yang mendera tubuhnya, tapi tak mampu menghapus sinar dari matanya.
Muhammad Ali mengguncang dunia. Dan dunia menjadi lebih baik karenanya. Kita semua menjadi lebih baik karenanya. Michelle dan saya mengirimkan duka terdalam kami bagi keluarganya, dan kami berdoa bahwa sang pertarung terhebat pada akhirnya beristirahat dalam damai.” (CNN)