JAKARTA | Dalam perlombaan dunia balap lari jarak pendek, siapa yang punya waktu tersenyum? Hanya sprinter asal Jamaika Usain Bolt yang bisa berlari di bawah 100 meter dalam waktu kurang dari 10 detik dan tersenyum.
Saat itu dalam semifinal nomor lari 100 meter Olimpiade –sementara rival-rivalnya berjuang di belakang dengan wajah serius untuk dapat memburunya– Bolt justru menolehkan kepalanya ke pinggir lapangan, ke arah kamera, dan tersenyum.
Siapa lagi yang tercepat dan bisa menandingi Usain Bolt? Mungkin tak ada. Sepertinya itulah alasan Bolt untuk tersenyum.
Bahkan musuh bebuyutannya di Kejuaraan Dunia Atletik, pelari asal Amerika Serikat Justin Gatlin pun tak bisa menandingin kecepatan lari Bolt. Di final lari 200 meter tersebut Bolt finis dengan catatan waktu 9,80 detik dan Gatlin 0,09 detik di belakang dirinya.
Bukan itu saja kehebohan Bolt yang ditunjukkan dalam Olimpiade. Di akhir gelaran multiolahraga empat tahunan yang berlangsung di Brasil itu, Bolt berhasil mengoleksi tiga medali emas.
Jumlah itu membuatnya memiliki rekor ‘heboh’ yakni tiga medali emas di tiga gelaran Olimpiade beruntun–Triple-triple. Bolt kini menutup kariernya di Olimpiade dengan sembilan medali emas.
Nama Bolt kini bersanding dengan Paavo Nurmi dan Carl Lewis yang juga memiliki sembilan medali emas Olimpiade–para atlet tersukses sepanjang sejarah.
Sebelum gelaran Olimpiade 2016 di Rio De Janeiro, Bolt memang sudah menyiratkan dirinya mungkin tak akan berkompetisi di gelaran Olimpiade selanjutnya yang akan berlangsung di Tokyo, Jepang.
“Apa lagi yang saya bisa buktikan kepada dunia. Saya adalah yang terbaik,” kata Bolt usai memenangkan final lari 200 meter Olimpiade seperti dikutip dari CNN. “Saya mencoba menjadi yang terbaik. Menjadi seperti Muhammad Ali dan Pele.”
Dan, ketika ia dan tim Jamaika memenangi medali emas lari estafet 4X100 meter Olimpiade, Bolt mengatakan ke arah kamera, “Saya yang terbaik.”
Juara Baru Muncul Setelah Bolt Pensiun
Tak tertandinginya Bolt mengundang komentar salah satu rivalnya, sprinter asal Kanada, Andre de Grasse, usai bertanding dengan Bolt di nomor lari 200 meter Olimpiade, Kamis (18/8).
“Jika sudah tiba waktunya (Bolt pensiun), saya rasa ada orang baru yang menempatinya (juara),” ucap De Grasse yang meraih medali perak di sprint 200 meter dengan waktu 20,02 detik, kepada New York Times.
Walaupun begitu digdaya di Rio De Janeiro, Bolt tak bisa memecahkan rekor dunia yang masih dimiliki namanya.
“Saya sudah mulai menua,” kata Bolt usai final lari 200 meter.
Bolt mengklaim dirinya akan pensiun setelah Kejuaraan Dunia Atletik 2017 yang akan digelar di London, Inggris. Sejauh ini Bolt sudah mengantongi 11 gelar juara dunia.
Jadi, tahun depan mungkin untuk kali terakhir para pecinta atletik akan menyaksikan pose petir kemenangan khas Bolt di ujung garis finis lintasan.
Pose yang hendak mencari pewarisnya di tanah Jamaika.
Warisan Bolt
Di daftar hartawan dunia yang dikumpulkan majalan ekonomi, Forbes, Bolt berada di urutan ke-32 atlet dengan bayaran terbesar. Kekayaan itu pun datang dari para sponsor seperti Puma, Nissan, Hublot, Visa, dan Virgin Media.
Forbes menaksir kekayaan Bolt sejauh ini adalah US$30 juta.
Tahun lalu pria kelahiran Kingston, Jamaika itu memberikan hingga US$1,3 juta ke bekas sekolahnya untuk perlengkapan olahraga termasuk kriket dan sepak bola. Tiga belas tahun sebelumnya, di sekolah yang sama dia ikut membangun trek lari dan menyumbang perlengkapan atletik.
Semua itu akan menjadi upaya dari Bolt agar petir ‘Lightning Bolt’ tetap bersinar ketika dunia atletik sedang digemparkan persoalan skandal doping. (CNN Indonesia)