Sebagai daerah dengan geografisnya tak jauh dari sungai lematang, yang banyak ditumbuhi pohon enau, warga setempat memanfaatkan potensi itu sebagai penopang perekonomian mereka.
Sebagian besar warga setempat, selain bertani karet, padi serta palawija lainnya, juga membuat gula aren yang berasal dari air nira yang disadap dari pohon enau yang tumbuh di sepanjang bantaran sungai lematang.
Kalau dahulu, disaat getah mahal, pembuatan gula aren dijadikan sampingan oleh petani. Namun sekarang, malah sebaliknya, karena prospeknya cukup menjanjikan. Bahkan gula aren asal desa ini yang berbentuk kerekan atau pencetakannya menggunakan bambu, sudah menyebar di pasar-pasar yang ada di provinsi Sumsel.
Tidak itu saja, petani gula aren di Desa ini ditampung melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk dibantu pemasaran serta disediakan peralatan pendukungnya.
“Perekonomian masyarakat di desa ini tidak lagi mengandalkan getah karet, para petani sekarang ini fokus menanam padi dan membuat gula aren. Sebab, di desa kami banyak potensi yang masih belum dikelola, salahsatunya pemanfaatan pohon enau. Padahal hasil dari pohon enau itu tidak hanya berbentuk gula aren saja, melainkan masih banyak lagi manfaatnya yang bisa menghasilkan uang,” ungkap Hermawan, kepala Desa Modong, Kamis (27/10).
Dengan ditampung melalui Bumdes, lanjut Hermawan, diharapkan para petani bisa meningkatkan hasil produksinya, dan Bumdes akan membantu memasarkannya tanpa harus petani itu sendiri yang melakukan penjualan.
“Kalau sudah ditampung oleh Bumdes, petani hanya menyadap dan membuat gula aren saja, sementara pemasarannya Bumdes yang lakukan. Jadi petani bisa lebih banyak lagi memproduksi gula, tidak seperti dulu, dimana dari pembuatan sampai pemasaran dilakukan oleh petani,” sambungnya.
Diakuinya, selain gula aren, petani juga telah memanfaatkan serabut yang ada di pohon enau untuk dibuat sapu ijuk, dan buahnya juga diambil untuk dijadikan kolang kaling.
“Semuanya kita tampung dan bantu pemasaran, jadi bukan hanya gula aren. Mudah-mudahan dengan adanya ini, Bumdes di desa ini bisa berjalan dan berkembang, yang manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat,” harapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati PALI Ferdian Andreas Lacony menekankan seluruh kepala Desa di Bumi Serepat Serasan harus jeli melihat potensi di desanya untuk dikembangkan dan bisa dimanfaatkan agar bisa menjadi tambahan penghasilan warganya.
“Di desa Modong patut dicontoh oleh desa-desa lain, karena mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya, tanpa tergantung pada satu usaha. Saya lihat, di desa lain juga ada potensi yang bisa dikembangkan dan bisa menghasilkan uang, tergantung Kades dan masyarakatnya,” ungkapnya.
Apalagi sekarang, lanjut Ferdian, seluruh desa mendapatkan dana dari Kemendes untuk pembangunan di desanya.
“Ada 10% dari dana desa untuk pengembangan Bumdes, itu kesempatan kita untuk menghidupkan perekonomian kerakyatan. Dan kalau bisa, uang Negara yang masuk ke desa kita jangan sampai menguap tanpa bekas, tapi harus berkembang. Saya sarankan juga agar satu desa satu macam Bumdes, jangan sampai sama, karena kalau itu bisa dilakukan, maka antar Bumdes bisa saling topang dan saling membutuhkan,” tutupnya. (adn)