JAKARTA | Air Susu Ibu (ASI) bukan hanya bermanfaat bagi kecerdasan anak dan daya tahan tubuhnya. Para ilmuwan kini menemukan fakta bahwa pemberian ASI mampu mencegah buah hati terhindar dari infeksi bakteri berbahaya, seperti penyebab meningitis.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical and Translational Immunology tersebut menyatakan bahwa komposisi gula dalam ASI melindungi otak bayi secara alamiah dari infeksi bakteri Streptococcus grup B atau GBS.
GBS ini ditengarai menjadi bakteri yang paling banyak mengancam bayi baru lahir karena dapat menyebabkan meningitis atau radang selaput otak, keracunan darah dan pneumonia atau radang paru-paru.
Bayi yang terinfeksi GBS ini diklaim hanya sanggup bertahan sepekan atau mengalami cacat jangka panjang.
Melansir Daily Mail, hasil penelitian dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London menemukan fakta bahwa banyak ibu hamil yang secara alami membawa beberapa bakteri berbahaya seperti GBS dalam tubuhnya.
Kasus meningitis pada bayi prematur dan baru lahir hingga tiga bulan banyak disebabkan oleh GBS yang secara alami hidup di vagina. Selain GBS, ada Escherichia coli atau E. coliyang hidup di usus dan Listeria monocytogenes, keduanya juga ikut menimbulkan penyakit pada bayi baru lahir.
Meski berisiko terinfeksi oleh kuman berbahaya alami tubuh, banyak kasus bayi sanggup bertahan dari infeksi ini. Demi menjawab fenomena ini, para peneliti meneliti DNA ibu terkait golongan darah dan yang berperan penting menentukan kandungan gula dalam ASI yang diproduksi ibu.
Para ilmuwan melibatkan partisipasi 183 ibu yang baru saja melahirkan di Gambia, Afrika Barat, beserta bayi mereka sebagai responden. Selain meneliti DNA, para ibu dan anak ini juga diuji kandungan GBS.
Hasil pengujian menunjukkan wanita dengan gen minim pembawa bakteri berbahaya dalam usus mereka juga memiliki anak dengan angka infeksi lebih kecil.
Namun bayi baru lahir akan lebih mudah dalam mempertahankan tubuh dari serangan bakteri dan kuman bila diberi ASI. Di dalam ASI, para ilmuwan menemukan gula yang bernama lacto-n-difucohexaose I. Diperkirakan, setengah dari wanita mampu memproduksi gula ini dalam ASI mereka.
Pengujian dalam laboratorium juga menunjukkan ASI dengan kandungan gula khusus tersebut lebih baik dalam membunuh bakteri dan kuman berbahaya bagi bayi.
“Meski ini masih berupa penelitian awal, namun ini menunjukkan fungsi kompleks ASI dan manfaatnya untuk bayi. Penelitian menunjukkan gula dalam ASI ini dapat melindungi bayi baru lahir dan meningkatkan bakteri baik dalam usus mereka,” kata Nicholas Andreas, peneliti utama studi ini.
Para ilmuwan menjelaskan, gula dalam ASI ini memungkinkan untuk bakteri baik berkembang lebih cepat dibanding kuman berbahaya di dalam usus. Selain itu, gula ini sebagai trik tipuan bagi kuman berbahaya yang mengira gula sebagai sel manusia untuk diinfeksi.
Dan ketika kuman berbahaya ‘terperangkap’ dalam gula, tubuh secara alami akan mengeluarkannya sebagai feses.
Cara ‘tipuan’ ini membantu bayi bertahan dari serangan kuman berbahaya sampai daya tahan tubuhnya lebih matang di usia enam bulan.
Di masa depan, para peneliti menyarankan para ibu memeriksakan diri mereka demi mengetahui suplemen tertentu yang dapat membantu selama proses kehamilan dan menyusui.
Meski telah diketahui kandungan gula yang bermanfaat melindungi bayi, namun Andreas ragu senyawa ini dapat ditambahkan dalam susu formula karena akan sulit menemukan komposisi yang tepat. Sehingga pemberian ASI secara alami oleh ibu menjadi pilihan paling tepat demi anak terbebas penyakit berbahaya. (CNN Indonesia)