Ekonomi & Bisnis

Nizar, Sang Penyelamat Sekolah Kejuruan

102
akhmad-nizar
Akhmad Nizar saat memberikan bantuan kepada peserta didiknya.

PALEMBANG I Haji Akhmad Nizar tiada henti mewujudkan sekolah kejuruan menjadi pilihan utama masyarakat di kota Palembang. Pensiunan guru ini pun ingin menjadi ‘penyelamat’ tenaga yang berkompeten, berpotensi, terampil, dan berakhlak.

PERCAKAPAN itu tak lekang diingatan Akhmad Nizar. Inilah tantangan besar yang mesti diatasi untuk mencapai impiannya: menjadi seorang guru. Cita-citanya jadi Angkatan Darat semasa masih duduk di bangku sekolah menengah atas akhirnya kandas di tengah jalan.

“Aku lulus tes Angkatan Darat, apalagi postur badan cukup masuk militer. Tinggal berangkat ke Magelang. Ya..,karena orang tua tak mau menandatangi surat kelulusan, aku pun gagal masuk militer,” ia merendah, alhasil, Nizar muda pun ‘merajuk’ bersebab gagal batal mengikuti pendidikan militer.

Keajaiban seakan datang tak disangka-sangka. Batal mewujudkan impian di jalur militer, Nizar memeroleh tawaran dari pamannya dari Magelang untuk berkarir di Pendidikan Guru Lanjutan Pertama atau PGLP. Ia berhasil terpilih sebagai The Best Two.

“Emak aku ngasih uang Rp 10 ribu dan aku berangkat ke Palembang untuk tes PGLP,” ujarnya.

Tepat 1971, Nizar dinyatakan diterima di PGLP. Sambil merangkul pamannya, Nizar menapaki kawasan PGLP. Penuh rasa bangga, Nizar bersama ‘dulur’ dan kawan lainnya yang sama-sama lulus tes bersungguh-sungguh menjadi tenaga PGLP.

Nizar sepertinya dari awal sudah yakin, pilihannya menjadi seorang guru tak ada yang bisa menghalanginya. Kesederhanaan ekonomi Nizar, yang ayahnya cuma mantri di Tanjungenim, membuat wawasan Nizar ternyata cukup luas.

Di usia 19 tahun—8 Januari 1973, pertamakalinya Nizar mengabdi untuk mengajar anak-anak didik. Dari guru mata pelajaran, wali kelas, hingga kepala sekolah telah ia jalankan penuh dengan keikhlasan.

“Pertama saya ngajar di SMP Negeri 5 di Tangga Buntung, Palembang. Sering saya berpesan ke anak-anak, tanamkan sikap pengertian. Pandai-pandai menempatkan diri di mana saja,” tutur Nizar.

Ayah empat anak ini merintis profesi guru memang banyak lika-likunya. Agar bisa menjadi seorang guru yang ulung, Nizar pun menjadikan anak-anak didiknya sebagai sahabat.

“Di satu sisi jangan ada jarak dengan anak-anak. Alhamdulillah, anak saya di rumah pun semuanya sudah bekerja. Ada yang jadi wartawan, pebisnis, tata usaha di SMP, dan kerja di Bank Sumsel Babel. Sayang nggak ada yang jadi guru. He..he..he,” disampaikan Nizar yang memegang prinsip bagaimana hidup bisa bermanfaat bagi orang lain.

Seakan coba membalik kisah hidup, Nizar dibesarkan dengan didikan yang dilandasi dengan berbagai wejangan. Dengan cara itu, sepatah kata yang diucapkan akan jadi bekal bagi anak-anak. Pun begitu memberikan nasihat tidak boleh dengan arogan atau tempramental.

“Zaman dulu para orang tua masih punya waktu untuk saling dekat. Nah, zaman sekarang pukul 20.00 WIB, anak-anak saja keluyaran,” katanya.

Cerita Nizar, ia pensiun sebagai guru tepat 1 Juli 2003 dengan top karir sebagai Guru Pengawas. Menjadi Kepala SMK PGRI 1 Palembang adalah posisi kepala sekolah yang ke 10 yang dipegang oleh Nizar.

“Lah pensiun masih diberdayakan, saya juga diikutsertakan sebagai dosen di AKPER Pembina,” kata Nizar bangga.

Sosok Ahmad Nizar untuk membesarkan SMK PGRI 1 Palembang kiranya patut dihargai. Sedari awal di sekolah itu, ia pun terus berupaya mewujudkan para tenaga muda yang berkompeten, kompetisi, dan terampil.

“Visi kita tidak muluk-muluk. Kita menyiapkan tenaga muda siap pakai. Kan, perekrutan secara nasional selalu merekrut lulusan strata 1, sekarang timbul pertanyaan, mau dikemanakan yang lulusan SMK? Yang berkualifikasi SMA? Menurut saya, lulusan SMK itu adalah tenaga pelaksana, sedangkan dulu lulusan S1 untuk penyediaan sturktur pimpinan. Mana maulah sarjana jadi pelayan toko, nggak mau kerja di swalayan,” Nizar menyampaikan.

Adapun misi yang ingin dibangun di SMK PGRI 1 Palembang yaitu meningkatkan potensi melalui efektivitas. Selain itu juga dibekali upaya untuk menghadapi kondisi dan situasi.

“Di sini, guru dan siswa mendapatkan pelatihan potensi diri di luar. Peserta didik selain memeroleh materi di lingkungan sekolah atau dulu namanya magang untuk siswa yang duduk di kelas 11 semester. Karena banyaknya perhotelan di Palembang, tahun 2016 kita buka jurusan perhotelan,” ungkap Nizar. (HS)

Exit mobile version