Muba | Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan langkah cepat, dalam mendeteksi seberapa tinggi penularan Corona Covid-19 ke warganya.
Jika kabupaten/kota lain masih menggunakan rapid test antibody untuk screening penularan Corona Covid-19. Kabupaten Musi Banyuasin maju selangkah, dengan menyediakan peralatan rapid test antigen dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Penyediaan rapid test antigen beserta Bioseptic Cabinet (BSC) ini, menjadikan Musi Banyuasin sebagai daerah pelopor dalam penggunaan alat pendeteksi Covid-19 di Sumsel.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Musi Banyuasin Azmi Dariusmansyah mengatakan, rapid test antigen ini biasanya hanya digunakan di lingkup kerja laboratorium saja.
Selain jarang yang menggunakan, harga alat rapid test antigen ini juga sangat tinggi. Untuk penyediaan BSC atau ruangan tempat pemeriksaan pasien, harus membeli dengan harga lebih dari Rp200 juta per unitnya.
Ada tiga unit BSC yang disediakan untuk mendukung rapid test antigen. Alat tersebut disiapkan di RS Sekayu, RS Bayung Lincir dan Dinkes Musi Banyuasin Sumsel. Alat ini pun disediakan saat pandemi Corona Covid-19.
“Pemeriksaan swab-nya sama. Tapi saat pemeriksaan menggunakan alat BSC. Sebuah ruangan untuk menjaga agar pemeriksanya tidak tertular oleh pasien yang dites,” ucapnya. ( Senin 15/06).
Keunggulan dari rapid test antigen sendiri yaitu, tingkat akurasi untuk screening pasien Covid-19 lebih tinggi, dibandingkan rapid test antibody yang hanya 30-40 persen tingkat sensitivitasnya.
Jika rapid test antibody memeriksa dari sampel darah. Rapid test antigen memeriksa sampel nasofaring. Sehingga, penularan dari pasien ke pemeriksa melalui rapid test antibody lebih kecil peluangnya, dibandingkan rapid test antigen.
Alat BSC sangat berfungsi untuk mencegah penularan tersebut. Kini, alat BSC dan rapid test antigen sudah disediakan di Kabupaten Musi Banyuasin sekitar dua minggu lalu.
Bahkan pada hari Selasa (9/6/2020) kemarin, Dinkes Musi Banyuasin dibantu petugas Balai Teknis Laboratorium Kesehatan dan Pengendalian Penyakit (BTLK-PP) Kelas 1 Palembang, sudah melatih petugas dinkes untuk melakukan rapid test antigen.
“Kalau screening total tetap pakai rapid test antibody. Namun untuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Tanpa Gejaka (OTP), wajib pakai rapid test antigen,” ujarnya.
Sebelum disediakannya rapid test antigen dan BSC, para tenaga medis kesulitan untuk mengintervensi apa yang harus dilakukan. Karena hasil swab pasien yang dites keluar dua minggu setelahnya.
Tidak hanya data tracking pasien Covid-19 saja yang kacau, mereka juga kesulitan untuk menentukan intervensi apa yang akan dilakukan. Terlebih untuk mengantisipasi penularan Corona Covid-19 tersebut.
Apalagi banyak kasus hasil rapid test antibody menunjukkan positif, sedangkan hasil swab keluar negatif Covid-19. Minimnya akurasi ini yang membuat tugas para tenaga medis semakin sulit.
Agar semakin menunjang pendeteksi pasien yang terpapar Covid-19, Pemkab Musi Banyuasin dibawah komando Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Muba Dr H Dodi Reza Alex Noerdin akan menyiapkan Reverse Transscriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
“Kita akan menyediakan RT-PCR di RS Sekayu, sedangkan di RS Bayung Lincir ada RT-PCR yang dialihfungsikan. Dulunya digunakan untuk pemeriksaan pasien TBC, sekarang untuk Covid-19,” ujarnya.
Hingga saat ini, kasus penularan Corona Covid-19 di Musi Banyuasin didominasi berasal dari para pendatang, atau dari klaster perusahaan. Sedangkan dari klaster rumah tangga sangat sedikit.
Sebelumnya, Kepala BPJS Kesehatan cabang Palembang M. Ichwansyah mengatakan, penyediaan alat rapid test antigen hanya ada di Kabupaten Musi Banyuasin.
“Cuma di Kabupaten Musi Banyuasin yang ada. Itu juga 80 persen tingkat akurasinya lebih tinggi dibandingkan rapid test antibody,” katanya. (Endang)