JAKARTA | Politikus Demokrat Ruhut Sitompul menerima pesan tertulis via SMS dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang berisi penonaktifan dia selaku Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat.
Menanggapi hal itu, Ruhut mengatakan ada orang-orang yang cemburu dengannya di sekeliling SBY. Jika kecemburuan itu meningkat, Ruhut mengisyaratkan akan mengikuti jejak Ahok menjadi tokoh independen nonpartai.
Dahulu, Ahok memutuskan keluar dari Partai Gerindra karena merasa makin tak cocok.
“Demokrat bukan partaiku yang pertama, tapi yang terakhir. Tapi kalau lingkungan Demokrat enggak senang sama aku, aku ingin jadi tokoh independen seperti Ahok. Tapi sekarang aku masih di Demokrat,” kata Ruhut kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/8).
Berikut isi pesan singkat SBY kepada Ruhut yang terbagi dalam empat butir.
1. Saya mengikuti dinamika perpolitikan dewasa ini dan saya nilai saudara benar-benar tidak mengikuti kebijakan dan garis partai terutama Ketum PD (Partai Demokrat), karena pernyataan-pernyataan yang saudara keluarkan tidak mencerminkan posisi PD dan garis saya selaku Ketum PD.
2. Sudah cukup sering saya berikan peringatan terhadap pernyataan saudara, tetapi tidak diindahkan. Terus terang ini sangat merugikan kepentingan PD ke depan.
3.Melalui sistem yang belaku di PD, saya mempertimbangkan tindakan yang tepat untuk saudara. Dan untuk sementara saya menonaktifkan kedudukan saudara sebagai koordinator Jubir PD.
4. Untuk diindahkan dan dilaksanakan.
Soal SMS itu, menurut Ruhut, “Juru Bicara itu tidak ada dalam struktur kepengurusan partai. Jabatanku di Demokrat adalah Ketua Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Juru Bicara tidak ada secara kelembagaan. Itu kecemburuan mereka (orang di sekitar SBY) saja.”
Ruhut berkata, ada sejumlah hal yang membuat dia terlibat “keributan” dengan sejumlah anggota Demokrat lain. Semua itu karena Ruhut memiliki pandangan berbeda dengan partai.
“Misal waktu Putu Sudiartana tertangkap tangan, aku ingatkan berdasarkan pakta integritas partai, siapa yang korupsi dipecat. Putu tertangkap tangan, tapi mereka (kader Demokrat lain) bilang seolah-olah Demokrat dipojokkan oleh KPK,” kata Ruhut.
Keengganan Demokrat memberikan sanksi berat kepada Putu itu dikritik Ruhut. “KPK kan sudah bilang dia tertangkap tangan. Malu dong. Masak slogan partai ‘Katakan tidak pada korupsi’ menjadi ‘Katakan iya pada korupsi.’”
Sementara soal dukungannya kepada bakal calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Ruhut mengatakan tak bakal mengubahnya meski Demokrat belum menentukan sikap soal Pilkada Jakarta.
“Aku tetap dukung Ahok, enggak akan berubah,” kata anggota Komisi III DPR itu.(CNN Indonesia)