pemkab muba pemkab muba
Bangka Belitung

Claudio Ranieri yang Sadar Diri

121
×

Claudio Ranieri yang Sadar Diri

Sebarkan artikel ini
7b9aa2a4-7d95-448e-b54a-51f16becf65e_169
pemkab muba pemkab muba
Claudio Ranieri yang Sadar Diri
Manajer Leicester City, Claudio Ranieri (kiri) memilih sadar diri mengarungi kompetisi yang bakal keras musim ini. (Reuters / Carl Recine)

JAKARTA | Tiada seorang pun yang menanggung beban mahabesar selain Claudio Ranieri. Pasalnya, ia bersama tim yang ditukanginya, Leicester City, telanjur menjadi sorotan banyak orang setelah menjuarai Liga Primer Inggris (EPL) musim lalu.

Berkah sekaligus musibah, paket komplet yang harus Ranieri rasakan. Berkah karena dongeng sepak bola yang mampu ia wujudkan. Jadi musibah lantaran tingginya ekspektasi publik Leicester, bahkan banyak orang lainnya yang penasaran menanti kiprah sang juara musim ini.

Setidaknya ada dua beban besar yang harus ia tanggung. Pertama, rasa penasaran yang menggelayuti pikiran banyak orang, perjalanan “Pasukan Rubah” berkompetisi di level elite EPL 2016-2017.

Kedua, banyak pula yang ingin mengikuti perkembangan Jamie Vardy dkk mengarungi samudra luas Liga Champions musim ini, untuk kali pertama.

Namun, seperti cerita yang sudah-sudah, filosofi tanpa beban coba kembali diusung Ranieri bersama Leicester. Sederhananya, terpenting tampil maksimal, soal hasil belakangan.

Pendekatannya itu kerap ia sebut sebagai buah dari sukses timnya menjuarai EPL 2016-2017. Komentarnya yang cukup nyeleneh dan terkesan tak serius, jadi semacam pengalih beban Ranieri di Leicester.

Semisal saat ia sadar diri, peluang musim ini bakal jauh lebih berat mempertahankan juara. Ranieri juga tak keberatan jika disebut juara musim lalu semacam keberuntungan bagi pihaknya.

Ia sempat berseloroh, peluang alien mendarat ke bumi lebih besar dibandingkan timnya mempertahankan gelar juara.

Ada semacam pengalihan pula coba ditampilkan Ranieri, alih-alih menjawab terlalu serius beban berat The Foxes. Lagi-lagi, angka 40 keluar dari mulutnya ketika ditanya target poin yang diusung timnya.

Target tersebut sama persis ketika dirinya hanya mencanangkan target 40 poin musim lalu, meski kenyataannya meraih 81 poin dan dinobatkan sebagai juara EPL musim lalu.

Ranieri memang mencoba melupakan cerita gemilang timnya musim lalu dengan berpikir realistis. Fokus terpenting yang selalu ia tekankan: misi membangun tim belum pernah rampung.

Ia juga tak ingin panik melihat ambisi-ambisi besar, atau bisa disebut pula kemarahan klub raksasa, yang mencoba menyusun kembali kekuatan mereka. Sebut saja Chelsea, Manchester City, Manchester United, yang rela menggelontorkan dana selangit agar timnya kembali melejit.

Sadar Sebagai Tim Kecil

Claudio sadar sebagai tim kecil dengan pundi-pundi tak begitu besar. Itu bisa terlihat dari besaran dana yang dikeluarkan klub untuk menambah amunisi dengan anggaran sekira £40 juta.

Hanya dengan anggaran sebesar itu, ia memborong empat pemain sekaligus. Mereka adalah kiper Hannover, Ron-Robert Zieler, bek tengah Sporting Gijon, Luis Hernandez, dan gelandang Nampalys Mendy (Nice), serta striker Ahmed Musa (CSKA Moscow).

Pria berusia 64 tahun itu juga tak malu-malu meratapi kepergian Kante, sosok yang disebut-sebut sebagai gelandang dengan kemampuan dua pemain sekaligus.

Begitu pula dengan euforianya yang menggebu-gebu ketika Riyad Mahrez memutuskan bertahan bersama Leicester, terbebas dari godaan klub pesaing mereka: Arsenal.

Bandingkan dengan klub kaya raya Manchester United, yang sudah menggelontorkan dana £89 juta hanya untuk mengembalikan Paul Pogba dari Juventus.

Penambahan skuat itu pun hanya untuk menyesuaikan musim yang bakal lebih berat bagi The Foxes musim ini. Ia harus melakukan rotasi pemain karena juga harus melakoni Liga Champions 2016-2017.

Di posisi kiper misalkan, Ranieri harus memiliki kiper cadangan dengan kualitas tak kalah bagus jika kiper utama mereka, Kasper Schmeichel cedera.

Begitu pula posisi bek, Leicester mendatangkan Hernandez untuk melapisi posisi bek yang sewaktu-waktu rawan pemain absen.

Ranieri juga merekrut Mendy sebagai ganti gelandang andalan mereka, N’Golo Kante, yang hengkang ke Chelsea.

Pun di lini depan, pelatih asal Italia itu mendatangkan Musa, striker bertipe sama dengan Vardy, disiapkan untuk memperbanyak rotasi.

Soal target, Ranieri juga mengaku tak ingin muluk-muluk. Terpenting bisa memberikan hiburan dan kebanggaan kepada pendukung setianya untuk tampil di kompetisi tertinggi antar-klub Eropa.

Leicester cukup tahu diri, juara Liga Primer Inggris tak lantas menyulap timnya jadi raksasa seketika. Ia ingin kembali ke kitah, klubnya merupakan semenjana yang pernah mengejutkan dunia.

Ketika kalah dari Manchester United 1-2 di Community Shield, Ranieri pun enggan memposisikan dirinya dalam kekecewaan mendalam. “Tengok saja pada Minggu (7/8), kami kalah (dari Manchester United). Kami adalah satu tim, tapi Ibrahimovic ada di sana dan kami kalah,” ujarnya kepada The Guardian.

“Kemudian jika ada klub-klub juara yang bisa menciptakan sesuatu, kami bisa apa?”

Leicester akan menghadapi Hull City, tim promosi EPL musim ini, Sabtu (13/8) siang waktu setempat. Bagi Ranieri, laga pembuka itu mengingatkan kembali dari mana Leicester berasal.

Mereka adalah “Rubah-rubah” yang merangkak dari bawah dan mengangkangi klub-klub kelas mewah. Sudah barang tentu, Ranieri tak menganggap sebelah mata Hull City, karena sejatinya dua tim yang berlaga nanti sama-sama semenjana di matanya. (CNN Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *