Ekonomi & Bisnis

Cegah Vaksin Palsu, Limbah Vaksin Harus Dihancurkan

98
vaksin
Pemalsu vaksin kerap memanfaatkan limbah vaksin. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

JAKARTA I Salah satu upaya untuk mencegah peredaran vaksin palsu adalah dengan menghancurkan limbah vaksin yang tak terpakai.

Distributor resmi vaksin pemerintah PT Bio Farma mengklaim bahwa selama ini perusahaannya tidak membuang limbah vaksin sembarangan.

Hanya saja ada dugaan penghancuran limbah vaksin yang ada di rumah sakit tidak dikelola dengan baik. Sehingga tak menutup kemungkinan botol vaksin yang tak terpakai itu digunakan kembali oleh pihak lain.

“Kalau penghancuran limbah vaksin yang ada di luar kami kurang tahu seperti apa. Tapi untuk produk rusak yang ada di Bio Farma sudah ada prosedur untuk memusnahkannya,” ujar Kepala Bagian Pengemasan PT Bio Farma Yudha Bramanti di Laboratorium Bio Farma, Bandung, Jumat (15/7).

Prosedur penghancuran produk yang rusak ini pun harus sesuai aturan. Menurut Yudha, kandungan zat kimia yang ada dalam produk rusak itu harus dinonaktifkan terlebih dulu.

Hal ini juga telah diatur dalam peraturan Kementerian Kesehatan tentang prosedur pemusnahan limbah. Apabila perusahaan tidak memiliki fasilitas untuk memusnahkan, maka pemusnahan bisa dilimpahkan pada pihak ketiga.

“Dalam aturan itu sudah dijelaskan tentang pemusnahan limbah, hanya tinggal dilaksanakan atau tidak,” kata Yudha.

Lebih lanjut Yudha menjelaskan, upaya lain untuk mencegah peredaran vaksin palsu dengan memberikan label Vaksin Vail Monitor (VVM) atau pengecekan perubahan temperatur dalam botol vaksin. Label VVM ini diklaim hanya dimiliki oleh PT Bio Farma.

Yudha berkata, botol vaksin yang telah dilabeli VVM tak boleh terpapar panas karena khasiatnya akan menurun. Dia mencontohkan botol vaksin polio yang akan rusak apabila disimpan dalam suhu 37 derajat celcius. Kerusakan ini, kata Yudha, akan terlihat dari perubahan warna label VVM yang terpasang.

“Meski waktu kedaluwarsanya masih lama tapi VVM yang sudah berubah warna itu jangan digunakan lagi. Ini bisa jadi patokan untuk membedakan vaksin palsu dan asli,” kata Yudha.

Yudha menyatakan seluruh produk vaksin yang diwajibkan pemerintah dari Bio Farma telah dipasang label VVM.

Sementara itu Kepala Divisi Corporate Secretary PT Bio Farma Rahman Rustan mengklaim bahwa tak ada produksi vaksin dari PT Bio Farma yang dipalsukan. Pasalnya vaksin merupakan produk farmasi yang tidak dapat dijual bebas. Sedangkan produk palsu PT Biofarma yang beredar, kata dia, adalah jenis serum.

“Jadi khasiat dan mutu vaksin produksi Bio Farma sudah terjamin keamanannya. Hanya produk serum yang dipalsukan dan itu fungsinya berbeda dengan vaksin,” kata Rahman.(CNN)

Ekonomi & Bisnis

Cegah Vaksin Palsu, Limbah Vaksin Harus Dihancurkan

5
vaksin

Beritamusi.co.id –

Pemalsu vaksin kerap memanfaatkan limbah vaksin. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

JAKARTA I Salah satu upaya untuk mencegah peredaran vaksin palsu adalah dengan menghancurkan limbah vaksin yang tak terpakai.

Distributor resmi vaksin pemerintah PT Bio Farma mengklaim bahwa selama ini perusahaannya tidak membuang limbah vaksin sembarangan.

Hanya saja ada dugaan penghancuran limbah vaksin yang ada di rumah sakit tidak dikelola dengan baik. Sehingga tak menutup kemungkinan botol vaksin yang tak terpakai itu digunakan kembali oleh pihak lain.

“Kalau penghancuran limbah vaksin yang ada di luar kami kurang tahu seperti apa. Tapi untuk produk rusak yang ada di Bio Farma sudah ada prosedur untuk memusnahkannya,” ujar Kepala Bagian Pengemasan PT Bio Farma Yudha Bramanti di Laboratorium Bio Farma, Bandung, Jumat (15/7).

Prosedur penghancuran produk yang rusak ini pun harus sesuai aturan. Menurut Yudha, kandungan zat kimia yang ada dalam produk rusak itu harus dinonaktifkan terlebih dulu.

Hal ini juga telah diatur dalam peraturan Kementerian Kesehatan tentang prosedur pemusnahan limbah. Apabila perusahaan tidak memiliki fasilitas untuk memusnahkan, maka pemusnahan bisa dilimpahkan pada pihak ketiga.

“Dalam aturan itu sudah dijelaskan tentang pemusnahan limbah, hanya tinggal dilaksanakan atau tidak,” kata Yudha.

Lebih lanjut Yudha menjelaskan, upaya lain untuk mencegah peredaran vaksin palsu dengan memberikan label Vaksin Vail Monitor (VVM) atau pengecekan perubahan temperatur dalam botol vaksin. Label VVM ini diklaim hanya dimiliki oleh PT Bio Farma.

Yudha berkata, botol vaksin yang telah dilabeli VVM tak boleh terpapar panas karena khasiatnya akan menurun. Dia mencontohkan botol vaksin polio yang akan rusak apabila disimpan dalam suhu 37 derajat celcius. Kerusakan ini, kata Yudha, akan terlihat dari perubahan warna label VVM yang terpasang.

“Meski waktu kedaluwarsanya masih lama tapi VVM yang sudah berubah warna itu jangan digunakan lagi. Ini bisa jadi patokan untuk membedakan vaksin palsu dan asli,” kata Yudha.

Yudha menyatakan seluruh produk vaksin yang diwajibkan pemerintah dari Bio Farma telah dipasang label VVM.

Sementara itu Kepala Divisi Corporate Secretary PT Bio Farma Rahman Rustan mengklaim bahwa tak ada produksi vaksin dari PT Bio Farma yang dipalsukan. Pasalnya vaksin merupakan produk farmasi yang tidak dapat dijual bebas. Sedangkan produk palsu PT Biofarma yang beredar, kata dia, adalah jenis serum.

“Jadi khasiat dan mutu vaksin produksi Bio Farma sudah terjamin keamanannya. Hanya produk serum yang dipalsukan dan itu fungsinya berbeda dengan vaksin,” kata Rahman.(CNN)

Exit mobile version