PANGKALPINANG – Kejaksaan Agung (Kejagung) terus mengusut dugaan korupsi tata niaga timah. Selain sejumlah kasus yang melibatkan sejumlah perusahaan smelter dan petingginya, Kejagung terus mengembangkan pengusutan kasus timah.
Dari penelusuran redaksi di lapangan dan sejumlah dokumen yang diperoleh, sejumlah perusahaan smelter diduga kuat masih aman melakukakan praktik jual beli timah ilegal.
Melansir berita sebelumnya, salah satunya diduga dilakukan oleh PT Babel Surya Alam Lestasi (BSAL). Perusahaan yang terletak di Jl Manggar Tengah, RT 015 B/005, Kelekak Datuk, Desa Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung.
Hal ini bukan isapan jempol. PT BSAL, selama Oktober-November 2024, melakukan pengiriman balok timah sebanyak dua kali ke gudang Tantra Logistic di Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang.
Dari informasi yang diperoleh redaksi, dua kali pengiriman menggunakan truk trailer. Yaitu diduga yang pertama sebanyak 10 truk trailer dan kedua 16 truk trailer.
Perihal pengiriman ke Tantra Logistic ketika dikonfirmasi dan diverifikasi, ke CEO Tantra Logistic, Edwin Salim, Sabtu siang (09/11/2024) lewat sambungan telepon, membenarkan bahwa pihaknya menerima kiriman balok timah dari PT BSAL sebanyak dua kali pada Oktober-November 2024.
“BSAL (PT Babel Surya Alam Lestari) dari Belitung ada beberapa kali ngirim untuk diekspor. Tapi data pastinya saya lupa, berapa banyak untuk ekspor,” kata Edwin.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung) Harli Siregar, merespons terkait PT BSAL.
Ketika dimintai tanggapannya terkait aktivitaa diduga ilegal PT BSAL, Harli Siregar meminta redaksi mengkonfirmasinya ke aparat penegak hukum (APH) di Bangka Belitung.
“Disampaikan aja informasi ini ke APH (Aparat Penegak Hukum) di sana, terimakasih,” kata Harli, Rabu (13/11/2024).
Dari peneluauran di lokasi smelter dan diduga lokasi IUP PT BSAL, didapati kalau smelter tersebut sudah lama tidak beroperasi.
Di lokasi smelter dan IUP, Sabtu siang, tak tampak adanya aktivitas layaknya sebuah perusahaan peleburan timah dan tambang berkala besar.
Sejumlah bangunan milik perusahaan berdiri pada tahun 2005 tersebut, tampak kurang terawat.
Seorang pria yang mngaku sebagai pemjaga areal tersebut, kepada redakdi, Sabtu siang, mengatakan sejak beberapa tahun belakangan perusahaan sudah tidak beroperasi.
“Enggak produksi lagi, sudah tidak punya aktivitas. RKAB Belum ada, lagi diurus, kuota sudah habis lama,” ujar pria yang mengaku Andi.
“Saya hanya bertugas menjaga aset aja,” ujarnya, dengan mimik wajah penuh selidik. Seraya menambahan kalau Kepala Teknik Tambang (KTT) PT BSAL, Zulham juga sudah dua tahun berhenti dari perusahaan.
Sejumlah warga yang tinggal sekitar dua ratus meter dari kompleks PT BSAL mengaku kalau perusahaan itu sudah lama setop beroperasi.
“Sudah lama pak, tidak ada aktivitas. Mungkin hampir sekitar sepuluh tahun tak beroperasi. Gak pernah lagi kelihatan para pekerja seperti dulu yang masuk dan pulang. Hanya ada beberapa sekuriti yang berjaga di sana,” kata sejumlah warga tak jauh dari kompleks PT BSAL.
Milik Siapa?
Dari dokumen yang dimiliki, diduga lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT BSAL adalah seluas 117 hektare.
Dalam dokumen tercatat dua nama pemegang saham dan duduk di jajaran Direksi PT BSAL. Keduanya yaitu Rudi Sumarli pemegang 90 persen saham PT BSAL, juga selaku Direktur Utama.
Kemudian Firdaus Hikmi Abdullah pemegang 10 persen saham dan tercatat sebagai Komisaris PT BSAL.
Selain itu, sejumlah sumber menyebutkan nama seorang pria berinisial DDN juga terkait dengan PT BSAL. Hanya saja DDN disebutkan hanya berperan dibelakang layar.
Nama DDM sempat berkibar dan diperhitungkan di dunia pertimahan Babel. Selain punya kedekatan dengan penguasa ketika itu, pria yang kini diduga lebih banyak bermukim di Australia ini, punya gurita bisnis di sejumlah sektor. Seperti perkebunan dan di bidang otomotif.
Dari dokumen, juga tercatat PT BSAL beberapa kali melakukan ekapors balok timah atau tin ingot pada 2022 dengan Singapura dan sejumlah negara.
Redaksi masih mengupayakan mengkonfirmasi dan memverifikasi sejumlah data ke pihak Surveyor Indonesia dan pihak terkait.
Rudi Sumarli, Firdaus Hikmi Abdullah dan DDN dalam upaya konfirmasi. Selaim itu, redaksi masih mendalami sejumlah data dan dokumen terkait PT BSAL dan pihak lainnya yang diduga terkait perusahaan ini. (red).